REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menggelar pertemuan dengan CEO perusahaan farmasi Pfizer Inc, Albert Bourla. Suga ingin memastikan perusahaan Amerika Serikat (AS) itu mengirimkan vaksin Covid-19 pada musim gugur tahun ini seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.
Bourla yang menghadiri pembukaan Olimpiade Tokyo bertamu ke kediaman resmi perdana menteri Jepang, Akasaka Palace yang biasanya hanya digunakan untuk menjamu kepala negara. Suga memberikan sambutan yang terbaik untuk CEO Pfizer. Pasalnya, program vaksinasi virus corona Negeri Sakura mulai melambat. Sementara pemerintah daerah mendesak pemerintah pusat untuk mempercepat dan menstabilkan pengiriman vaksin.
Pemerintah Jepang mengatakan pertemuan Jumat (23/7) pagi itu digelar selama dua jam. Dalam pertemuan tersebut Suga menjelaskan saat ini Jepang mengalami lonjakan kasus infeksi.
Suga meminta Bourla memastikan agar pengiriman vaksin Covid-19 ke Jepang dilakukan dengan stabil. Ia juga menekankan vaksin adalah 'kartu truf' untuk mengembalikan aktivitas ekonomi dan sosial seperti semula.
Pemerintah Jepang menambahkan dalam kesempatan itu Suga juga berterima kasih pada Bourla yang telah mendonasikan puluhan ribu dosis vaksin Covid-19 Pfizer ke para atlet dan peserta Olimpiade. Sehingga, kesehatan mereka selama ajang olahraga terbesar digelar dapat terjamin.
Bulan Juni lalu, Jepang sudah menandatangani kesepakatan dengan Pfizer untuk 100 juta vaksin Covid-19. Lalu ditambah 70 juta vaksin lagi yang akan tiba pada bulan Juli hingga September.
Sekitar 23 persen dari 120 juta populasi Jepang sudah menerima dua dosis vaksin virus corona. Jumlahnya meningkat sejak bulan Mei tapi masih jauh dari target yang diharapkan pemerintah Jepang sudah tercapai sebelum Olimpiade digelar. Sebagian besar warga yang belum divaksin adalah masyarakat usia muda.
Kantor berita Kyodo melaporkan salah satu sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan Suga mendesak Bourla segera mengirimkan 20 juta dosis vaksin yang rencananya tiba bulan Oktober. Situasi pandemi virus corona di Jepang lebih baik dibanding negara maju lainnya.
Hingga saat ini, Negeri Sakura mencatat 853 ribu kasus infeksi dan 15.100 kasus kematian. Namun, kasus positif melonjak tajam. Pada Kamis (22/7), Ibu kota Tokyo mencetak rekor kasus positif harian tertinggi sejak enam bulan terakhir dengan 1.979 kasus baru.