Jumat 23 Jul 2021 22:32 WIB

Amerika-Jerman Sepakati Proyek Kontroversial Nord Stream 2

Pipa Nord Stream 2 akan membawa gas dari Rusia ke Jerman

Red: Christiyaningsih
Pipa Nord Stream 2 akan membawa gas dari Rusia ke Jerman.
Pipa Nord Stream 2 akan membawa gas dari Rusia ke Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Amerika Serikat (AS) dan Jerman mencapai kesepakatan tentang proyek pipa gas alam Nord Stream 2 yang kontroversial. Kesepakatan ini akan membuat Berlin mengambil langkah-langkah ekstensif untuk meredakan kekhawatiran AS, kata kedua negara saat mengumumkan kesepakatan pada Rabu.

Pipa Nord Stream 2 akan membawa gas dari Rusia ke Jerman, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh Uni Eropa.

Baca Juga

Sebagai gantinya, pemerintahan Biden tidak menjatuhkan sanksi lebih lanjut seperti diamanatkan kongres terhadap entitas terkait dengan proyek tersebut, setelah seorang pejabat senior administrasi yang berbicara kepada wartawan dengan syarat anonim mengatakan AS "tidak akan menghentikan pipa," yang telah selesai sekitar 98 persen.

Pemerintahan Biden pada Mei menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan Swiss yang menjalankan proyek tersebut dan CEO Jermannya, dan memulai peluang negosiasi selama tiga bulan dengan Berlin.

“Amerika Serikat dan Jerman teguh dalam dukungan mereka untuk kedaulatan Ukraina, integritas teritorial, kemerdekaan, dan jalur Eropa yang dipilih. Kami berkomitmen kembali pada hari ini untuk melawan agresi Rusia dan kegiatan pembusukan di Ukraina dan sekitarnya,” kata sebuah pernyataan bersama.

Kesepakatan itu diumumkan hanya beberapa hari setelah Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan perjalanan ke Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Joe Biden.

AS di bawah presiden pengganti ini telah memperingatkan bahwa kesepakatan proyek pipa ini buruk bagi Jerman dan membahayakan keamanan energi Eropa serta menimbulkan risiko bahwa Rusia mungkin memotong pasokan gas yang saat ini mengalir melalui Ukraina.

Di bawah pakta tersebut, Berlin setuju untuk menunjuk seorang utusan khusus untuk membantu memperpanjang kontrak gas Ukraina dengan Rusia "jauh melampaui" dari ketentuan saat ini yang berakhir pada tahun 2024, kata pejabat itu. Selain itu akan diambil tindakan di tingkat nasional dan Uni Eropa jika Rusia berusaha untuk menggunakan sumber daya energi sebagai senjata melawan Kyiv.

“Jika Rusia mencoba menggunakan energi sebagai senjata atau melakukan tindakan agresif lebih lanjut terhadap Ukraina, Jerman akan mengambil tindakan di tingkat nasional dan mendesak langkah-langkah efektif di tingkat Eropa, termasuk sanksi untuk membatasi kemampuan ekspor Rusia ke Eropa di sektor energi," kata perjanjian itu.

Jerman telah berkomitmen untuk memanfaatkan "semua pengaruh yang tersedia untuk memfasilitasi perpanjangan hingga 10 tahun dalam perjanjian transit gas Ukraina dengan Rusia" dengan dukungan penuh AS, kata dia.

Berlin akan menginvestasikan lebih lanjut "sumbangan awal" sebesar USD175 juta untuk keamanan energi di Ukraina, bagian dari dana energi hijau senilai USD1 miliar yang dibentuk bersama AS.

"Dana tersebut akan mempromosikan penggunaan energi terbarukan; memfasilitasi pengembangan hidrogen; meningkatkan efisiensi energi; mempercepat transisi dari batu bara; dan mendorong netralitas karbon," tambah pernyataan itu.

Putin dan Merkel bahas Nord Stream 2 melalui telepon

Beberapa menit setelah Departemen Luar Negeri menerbitkan kesepakatan AS-Jerman di Nord Stream 2, Kremlin mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan panggilan telepon dengan Merkel.

Sesuai dengan kesepakatan itu, Merkel mengajukan pertanyaan tentang transit gas melalui Ukraina setelah berakhirnya perjanjian Rusia-Ukraina, yang berlaku hingga 2024.

"Merkel juga memberi tahu Putin tentang diskusi perkembangan di sekitar proyek pipa dengan Presiden AS Joseph Biden di Washington. Vladimir Putin membuat komentarnya sendiri tentang hal ini," kata pernyataan itu.

Putin juga menyampaikan belasungkawa kepada Merkel atas banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jerman bagian barat yang telah menewaskan sedikitnya 171 orang dan menyebabkan kerusakan skala besar.

* Michael Hernandez di Washington dan Elena Teslova di Moskow berkontribusi dalam laporan ini

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement