REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang aktivis beretnis minoritas Muslim Uighur yang masuk dalam daftar orang paling dicari Interpol tertangkap di Maroko. Penangkapan itu bagian dari kampanye otoritas China untuk memburu para pembangkang yang berada di luar negeri, menurut laporan South China Morning Post, Rabu (28/7).
Kalangan aktivis khawatir Yidiresi Aishan yang ditangkap di Bandar Udara Internasional Mohammed V, Casablanca, Maroko, pada Selasa (20/7) itu akan diekstradisi ke China. Aishan yang berusia 33 tahun itu merupakan ayah dari tiga anak yang bekerja sebagai teknisi komputer dan menetap di Turki sejak 2012. Dia juga bekerja pada surat kabar daring diaspora Uighur dan membantu para aktivis menghimpun kesaksian atas dugaan penindasan yang terjadi di Daerah Otonomi Xinjiang.
Setelah beberapa kali ditangkap di Turki, Aishan meninggalkan Istanbul menuju Casablanca pada Senin (19/7) malam, sebagaimana penuturan Yanmaymiz Ayup, rekan Aishan, dikutip SCMP. Aishan menelepon istrinya pada Sabtu (17) untuk mengatakan bahwa dirinya dideportasi, kata Ayup yang dekat dengan keluarga Aishan. Maroko telah meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan China sejak 2017.
Sebelumnya seorang remaja China yang mengaku mendapatkan permanen residen di Amerika Serikat juga ditangkap saat transit di Dubai, Uni Emirat Arab, pada April lalu. Otoritas China mencari Wang Jingyu, pelajar berusia 19 tahun, karena komentarnya di medsos atas konflik militer di perbatasan China-India pada tahun lalu. Ia dibebaskan pada bulan Mei, lalu beserta tunangannya melarikan diri ke Belanda.