REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Yuanda Zara, Dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta
Sebagai lembaga pendidikan yang pada 2019 memasuki usia satu abad, TK ABA telah memberikan berbagai kontribusi dalam pendidikan anak-anak di Indonesia. Awalnya, TK ABA dikenal sebagai Siswa Praja Wanita (SPW), dan hanya dilangsungkan di sebuah rumah di kampung Kauman Yogyakarta.
Anak-anak kecil diajarkan cara beribadah yang benar, cara membaca huruf hijaiyyah serta membaca surat pendek. Seiring dengan perkembangan ‘Aisyiyah ke seluruh Indonesia, TK ABA turut berkembang pula, hingga dewasa ini jumlahnya telah mencapai angka 20.000 di antero Indonesia.
Sementara sudah cukup banyak tulisan yang mengulas tentang sejarah kelahiran TK ABA, masih belum banyak yang diungkap perihal kurikulum pendidikan di TK ABA sendiri, khususnya dari perspektif sejarah. Program pembelajaran untuk murid TK ABA ini merupakan salah satu elemen krusial yang menentukan keberhasilan peserta didik di masa depan.
Tak hanya itu, mengetahui kurikulum TK ABA, termasuk dalam hal ini sejarahnya, akan melahirkan pemahaman tentang jenis-jenis tantangan yang dihadapi oleh TK ABA dari masa ke masa, yang tentunya berbeda-beda. Salah satu periode yang menarik untuk diulas di sini adalah pada awal tahun 1950an.
Apa tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia kala itu? Dan, seperti apa kurikulum TK ABA kala itu dalam merespons tuntutan zaman?