Kamis 29 Jul 2021 14:20 WIB

Pascasarjana UMM Bahas Solusi Atasi Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis pada aspek apapun termasuk pendidikan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar International Conference dengan topik “Under New Normal: Challenge & Opportinities”. Acara ini diselenggarakan secara daring dan terbagi menjadi dua sesi yaitu kluster pendidikan dan nonpendidikan.
Foto: istimewa
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar International Conference dengan topik “Under New Normal: Challenge & Opportinities”. Acara ini diselenggarakan secara daring dan terbagi menjadi dua sesi yaitu kluster pendidikan dan nonpendidikan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar International Conference dengan topik “Under New Normal: Challenge & Opportinities”. Acara ini diselenggarakan secara daring dan terbagi menjadi dua sesi yaitu kluster pendidikan dan nonpendidikan.

Wakil Rektor I UMM, Profesor Syamsul Arifin memaparkan analisisnya terkait pandemi Covid-19. Menurutnya, virus ini telah membuat berbagai aspek kehidupan terganggu bahkan tidak berjalan dengan semestinya. "Pandemi juga memaksa manusia untuk menjaga jarak dalam menjalankan aktivitasnya," kata pria kelahiran Madura ini.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis pada aspek apapun termasuk pendidikan. Sistem pembelajaran berubah sedemikian rupa sehingga harus beradaptasi dengan sistem daring hingga saat ini. Hal itu dilakukan agar para murid masih bisa bersekolah sekaligus menekan angka penularan Covid-19. 

"Untuk menyelesaikan problematika ini perlu adanya pendekatan semesta atau universal baik itu sains maupun medis. Ditambah dengan pendekatan kultural,” kata Syamsul dalam pesan resmi, Rabu (28/7).

Pada kluster pertama terkait pendidikan, UMM menghadirkan Dennis Alonzo dari University of South Wales Australia dan Profesor James Peacock dari Amerika Serikat. Kemudian Abdul Harris dan Cherry Zin Oo yang merupakan salah satu dosen dari Yangon University of Educations Myanmar. 

Mengawali pemaparan, Dennis Alonzo mengkaji situasi pandemi yang berimbas pada pendidikan hingga mengharuskan adanya sistem daring. Menurutnya, ada berbagai peluang bagi instansi dan para pengajar untuk dapat memanfaatkan berbagai platform dalam pembelajaran. Khusus untuk para pengajar, mereka harus segera beradaptasi dan juga segera menjalankan kurikulum yang baru agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Sementara itu, Profesor James Peacock menjelaskan, Indonesia mengalami tiga fase krisis. Pertama, ketika G-30S PKI, yakni fase di mana terjadi krisis kepercayaan dan krisis toleransi. Selanjutnya, krisis pandemi Covid-19 saat ini yang melumpuhkan banyak sektor kehidupan, khususnya ekonomi dan pendidikan.

Kemudian yang terakhir mengenai perubahan iklim dan pemanasan global. Fase ketiga tersebut terjadi akibat proses akselerasi perubahan iklim yang ekstrem. "Beberapa faktor pemicunya adalah polusi udara, perusakan lingkungan dan limbah dari industri," katanya.

Pemateri berikutnya, Abdul Haris dalam pemaparannya menerangkan bagaimana manajemen yang baik untuk work from home dan learn from home. Jika diimplementasikan dengan baik, maka akan memudahkan dalam beradaptasi. 

Sementara Cherry Zin Oo membahas hasil risetnya pada era new normal. Menurutnya, pendidikan masa ini perlu menarik partisipan. Selain itu juga adanya masalah di aspek isu media. Adapun peluang yang muncul adalah keterbukaan askes individu pada pendidikan serta pengembangan karakter dengan memanfaatkan waktu selama pandemi.

Pada sesi kluster kedua, konferensi internasional UMM juga menghadirkan Asst. Professor Donludee Jaisut dari Kasertssart University Thailand, Assoc. Professor Abdurrahman Raden Aji Haqqi dari University of Sultan Sharif Ali Islamic Brunei Darussalam. Kemudian Rahayu Relawati dan Magdalena Sztukiel dari Polandia. Berbeda dengan sesi sebelumnya, kali ini mereka membahas tema-tema di luar pendidikan. 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement