REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 330 tentara Amerika Serikat (US Army) telah tiba di Indonesia untuk mengikuti Latihan Bersama Garuda Shield ke-15/2021. Latihan ini akan digelar sejak 1 hingga 14 Agustus 2021 mendatang.
Latihan Bersama Garuda Shield kali ini merupakan latihan terbesar dalam kerja sama antara TNI Angkatan Darat dengan Angkatan Darat AS. Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan bahwa ajang ini menjadi salah satu bentuk konkret diplomasi pertahanan.
“Sebelum berbicara apa manfaat atau keuntungan yang didapat Indonesia dari gelaran Latgab Garuda Shield, saya kira perlu sedikit menengok ke belakang, terkait perjalanan diplomasi pertahanan Menhan Prabowo,” kata Khairul dalam keterangan tertulis, Kamis (29/7).
Ia mengatakan bahwa diplomasi pertahanan merupakan salah satu sarana mewujudkan kepentingan nasional di bidang pertahanan dan keamanan. Peranannya sangat strategis dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Terutama agar eskalasi tidak meningkat ke arah konflik serta dapat saling memperkuat confidence building measures (CBM), keamanan hingga stabilitas kawasan. "Ini menurut saya merupakan bentuk konkret dari defence diplomacy for confidence building measures, yaitu diplomasi yang dilakukan untuk membangun kepercayaan, mengurangi rasa takut dan kesalahpahaman dari kedua belah pihak, serta defence diplomacy for defense capabilites atau diplomasi yang diarahkan pada upaya meningkatkan kemampuan sektor pertahanan," tuturnya.
"Artinya, Indonesia dalam hal ini tentu saja berharap gelaran latgab nanti akan memperkuat kesepahaman, memperkaya pengalaman serta meningkatkan kemampuan dan kecakapan TNI, terutama para personel yang terlibat," tutur dia menambahkan.
Menurutnya, ajang ini juga sekaligus bisa menjadi penegasan sikap konsisten pemerintah Indonesia yang menolak berpihak dalam menyikapi perseteruan China dan Amerika. "(Indonesia) menjalankan politik bebas aktif, serta terus berupaya membangun kerjasama dan kemitraan strategis dengan berbagai negara," kata Khairul.
Adapun menurut Khairul, kerja sama latihan tersebut diperkirakan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap hubungan Indonesia-China di luar isu Laut China Selatan. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Sejauh ini, sejak hubungan kedua negara dinormalisasi, hubungan itu tidak pernah benar-benar memburuk bahkan cenderung menguat," katanya.