Senin 02 Aug 2021 15:28 WIB

BPS: Inflasi Inti Kembali Menurun

Salah satu penghambat kenaikan inflasi inti yakni komoditas emas perhiasan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat laju penurunan inflasi inti pada Juli 2021, setelah sebelumnya menurun di bulan Juni. Laju inflasi inti dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti misalnya kegiatan penawaran dan permintaan.

Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, inflasi inti pada Juli hanya 0,07 persen. Angka itu menurun setengahnya dari bulan sebelumnya 0,14 persen. Adapun angka inflasi inti pada bulan Juni tersebut anjlok dari inflasi inti Mei lalu yang sebesar 0,24 persen.

"Disitu terlihat ada penurunan dari Mei ke Juni dan ke Juli tapi nilainya masih positif," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (2/8).

Lebih lanjut ia menjelaskan, salah satu penghambat kenaikan inflasi inti yakni komoditas emas perhiasan yang memberikan andil 0,01 persen. Adapun, pendorong inflasi inti di antaranya obat dan resep 0,003 persen, sabun detergen 0,002 persen serta sabun mandi cair, deodoran, dan obat gosok 0,001 persen.

Meski inflasi inti mengalami penurunan, BPS mencatat, terjadi kenaikan inflasi pada Juli. Di mana, pada bulan lalu inflasi tercatat 0,08 persen, naik dari bulan sebelumnya yang anjlok hingga deflasi 0,16 persen.

Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, meski terjadi inflasi setelah sebelumnya mengalami deflasi, tidak dapat disimpulkan bahwa daya beli masyarakat masih cukup kuat. Apalagi, di bulan yang sama pemerintah menerapkan PPKM darurat yang membatasi secara ketat kegiatan masyarakat.

"Belum bisa diambil kesimpulan bahwa meski PPKM diberlakukan, tapi daya beli masyarakat tetap bagus, karena kita harus melihat indikator lain," ujar Yusuf.

Apalagi, kata Yusuf, indikator inflasi inti yang juga mencerminkan daya beli masyarakat mengalami penurunan dalam dua bulan terturut-turut baik secara bulanan maupun tahunan.

"Memang, inflasi inti bukan indikator tunggal. Perlu dicek dengan data-data lain seperti indeks penjualan riil, kalau itu nanti juga turun, bisa diambil kesimpulan daya beli belum kembali," katanya menambahkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement