Senin 09 Aug 2021 04:38 WIB

Berjabat Tangan, Dilema Baru dalam Pandemi

Pakar penyakit menular sebut berjabat tangan aman asal sesudahnya mencuci tangan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS Joe Biden kanan dan Presiden Rusia Vladimir Putin, berjabat tangan, sebelum KTT AS-Rusia, di Jenewa, Swiss, Rabu, 16 Juni 2021.
Foto: AP/Denis Balibouse/Pool Reuters
Presiden AS Joe Biden kanan dan Presiden Rusia Vladimir Putin, berjabat tangan, sebelum KTT AS-Rusia, di Jenewa, Swiss, Rabu, 16 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KANSAS -- Ketika pandemi berlangsung, pertemuan di Kansas City dan bisnis perencanaan acara mulai menjajakan stiker "I Shake Hands" atau saya bersalaman. Stiker tersebut memang terlihat aneh, tapi bisa membantu meringankan pertemuan sosial yang canggung.

"Kami tidak ingin stiker itu mengatakan 'Kami Tidak Berjabat Tangan' karena itu agak tidak menyenangkan," kata wakil presiden operasi dan penjualan di MTI Events, John DeLeon.

Baca Juga

Bersalaman itu hampir naluriah dan sulit disangkal. Namun kondisi pandemi membuat kegiatan tersebut telah berada di tingkat yang berbeda. DeLeon tidak yakin jabat tangan itu akan kembali.

Stiker yang dijual perusahaannya tidak pernah laris. Perusahaan lain menjajakan tanda dan stiker yang lebih tegas melarang berjabat tangan, bahkan ada yang menampilkan kerangka tangan dan yang lainnya ditutupi dengan kuman Covid-19.

"Saya bermain golf dengan seorang pria tempo hari yang belum pernah saya temui dan kami bergaul dengan sangat baik. Dan di green ke-18 adalah tradisi bahwa Anda menjulurkan tangan dan melepas topi dan berjabat tangan dengan siapa yang bermain dengan Anda. Dan kami hanya saling menatap dan saling mengadu kepalan tangan dan berjalan pergi," ujar DeLeon.

Sekarang, ketika para pekerja kembali ke kantor, teman-teman bersatu kembali, dan lebih banyak kegiatan dengan melibatkan banyak orang, pertanyaan tentang berjabat tangan semakin membingungkan. Berjabat tangan telah ada selama berabad-abad sebagai tanda seseorang menawarkan perdamaian dan tidak memegang senjata tersembunyi.

Baca juga : Menkes Hapus Aturan Vaksin Berbayar

Pakar etiket dan pebisnis Dave McClain menyatakan penggunaan stiker yang menunjukan penerimaan berjabat tangan ternyata tidak mempermudah keadaan. “Anda dapat melakukan panggilan telepon semau Anda dan dapat bertemu dengan orang-orang secara daring melalui panggilan Zoom tetapi itu tidak sama dengan dapat mengulurkan tangan Anda dan menjabat tangan mereka, menatap mata mereka dan benar-benar membangun hubungan itu," ujar pria berusia 52 tahun itu.

Pakar etiket nasional dan penulis Modern Etiquette for a Better Life, Diane Gottsman, juga tidak berpikir jabat tangan akan menjadi korban pandemi. Namun, dia melihat kegiatan tersebut bisa terbangun dengan melakukannya perlahan.

"Jangan menjadi yang pertama mengulurkan tangan, bahkan jika Anda merasa nyaman. Perhatikan orang lain dan biarkan mereka menyampaikan salam pilihan mereka," ujar Gottsman merekomendasikan.

Sekarang pertanyaannya adalah apakah keluarga, teman, dan rekan bisnis yang divaksinasi akan mengubah kondisi berjabat tangan.  Spesialis penyakit menular di Johns Hopkins University, Amesh Adalja, menilai seluruh kontroversi yang mengguncang itu berlebihan. Menurutnya solusi berjabatan tangan antar manusia sangat mudah, melakukan vaksinasi dan mencuci tangan.

"Jika Anda khawatir tentang Covid, cara terbaik untuk membuat jabat tangan aman adalah dengan divaksinasi sepenuhnya. Dan untuk hal-hal lain yang mungkin ada di tangan orang, cucilah tangan Anda sebelum menyentuh wajah Anda. Itulah gunanya pembersih tangan," kata Adalja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement