Senin 09 Aug 2021 21:03 WIB

Kondisi Pasien Covid-19 Memburuk Punya Pola yang Sama

Umumnya pasien Covid-19 dengan kondisi memburuk memiliki komorbid.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Umumnya pasien Covid-19 dengan kondisi memburuk memiliki komorbid.
Foto: Public Domain Pictures
Umumnya pasien Covid-19 dengan kondisi memburuk memiliki komorbid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi kesehatan dr Gia Pratama Putra mengatakan, pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) harus melaporkan suhu dan saturasi oksigen setiap hari. Karena itu, dia mewajibkan pasien isoman memiliki termometer dan oksimeter di rumah.

“Laporkan saturasi oksigen dan suhu setiap hari (ke dokter). Jangan lupa berjemur, asupan vitamin C, D, dan Zinc sesuai anjuran dokter. Waspada jumlah napas harian,” kata dia dalam acara virtual 'Hoaks, Fakta, atau Sains?' yang disimak akhir pekan lalu.

Baca Juga

Gia menjelaskan, hari nol adalah waktu pertama kali muncul gejala Covid-19. Hari -2 biasanya waktu pasien kontak erat dengan pasien Covid-19. 

Kemudian, hari nol sampai lima adalah waktu puncak gejala Covid-19, seperti sakit kepala, tidak enak badan, dan sebagainya. Hari keenam adalah percabangan ihwal apakah pasien memburuk atau membaik. Jika membaik, maka hari tujuh sampai 10 akan terus membaik kondisinya, dan seterusnya sampai bebas gejala. Kemudian, hari 14 bisa bebas dari isolasi mandiri.

“Tapi kalau hari ketujuh itu memburuk, maka butuh dirawat di rumah sakit. Ini pola yang selalu sama di pasien saya,” ujar Gia.

Pasien isoman yang memburuk itu biasanya memiliki kormobid. Covid-19 itu membuat darah menjadi kental sehingga menyebabkan tekanan pembuluh darah meningkat, terlebih yang memiliki hipertensi.

“Pasien dengan riwayat asma, diabetes, darah tinggi, itu pasangan cukup mengerikan dengan Covid-19. Itu yang saya pantau terus. (Obat) harus sesuai resep dokter, jangan inisiatif sendiri,” kata Gia.

Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung Kementerian Kesehatan, dan juru bicara vaksin Covid-19, dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kondisi pasien isoman yang bertambah parah biasanya tergantung dari kekebalan tubuhnya. Jika pasien benar-benar melakukan istirahat, minum obat dan vitamin, berjemur, makan sehat, tentu akan mempercepat dan mengurangi gejala virus Covid-19. Terlebih, jika pasien itu sudah divaksinasi, maka penyembuhannya lebih cepat.

“Orang bisa tambah berat, pertama, bisa saja karena kondisi tubuhnya sedang tidak fit. Kedua, sebelum sesak tambah berat harus segera dibawa ke rumah sakit,” ujar Nadia.

Dia mengingatkan bahwa ada beberapa mekanisme yang dilakukan petugas medis dalam menangani pasien Covid-19. Mengingat obat untuk membunuh virus corona belum ada, maka petugas dokter biasanya memberi obat untuk mengatasi yang terjadi pada paru, serta antivirus yang diperkirakan bisa mengurangi aktivitas virus corona di tubuh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement