REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan menanggapi pidato Presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang menyebut Jakarta tenggelam. Menurut Anies, ada dua pesan yang dapat dimaknai pernyataan Joe Biden tersebut.
“Pertama, ini menunjukkan Indonesia menjadi perhatian masyarakat internasional dan sebagai salah satu tempat yang menunjukkan sehat tidaknya bumi kita hari ini,” kata Anies dalam diskusi virtual, Selasa (10/8).
Anies mengatakan, hal itu harus dimanfaatkan dengan mendorong suara Indonesia yang lebih baik lagi dalam forum internasional, baik untuk kepentingan secara nasional maupun umat manusia.
Ia menyebut, Jakarta pun telah mencoba menyampaikan suara tersebut melalui berbagai forum. Salah satunya, yakni forum diskusi internasional kota-kota anggota C40.
“Dalam forum itu kami mendorong kerja sama untuk menciptakan kebijakan lebih hijau di level kota. Kita pastikan umat manusia bisa hidup layak berdampingan dengan alam dan alam lestari,” ujarnya.
Selanjutnya, Anies menuturkan, dalam pidato tersebut Joe Biden juga sedang mencoba mengubah paradigma ekonomi di Amerika Serikat. “Dia sedang bicara pada domestik audiensnya. Mengubah paradigma ekonomi di dalam negerinya sendiri sekaligus negara lain untuk mengubah paradigmanya,” tutur Anies.
“Joe Biden mengajak Amerika lakukan pertaubatan paradigmatik. Karena kita tahu posisi Amerika pada sebelumnya sangat berseberangan sekali,” sambungnya.
Anies menjelaskan, dalam pidato itu Joe Biden juga mengkritisi era kepemimpinan Donald Trump. Ia menuturkan, pada masa sebelumnya, Trump meminggirkan pertimbangan ekologis dan menganggap lingkungan sebagai hambatan pertumbuhan ekonomi.
Hal itu terbukti dari beberapa keputusan Trump, seperti mengambil langkah Amerika Serikat keluar dari Paris Climate Agreement. “Jadi pidato ini bukan sekadar pidato internasional, tapi juga pertaubatan paradigmatik di Amerika,” ucap dia.
Lebih lanjut Anies berujar, pidato Joe Biden pun merupakan ajakan untuk semua negara dalam mengutamakan kelestarian lingkungan dalam membuat suatu keputusan.
“Jangan sampai justru kita sampai salah memahaminya malah mendorong kebijakan yang menomorsekiankan kelestarian lingkungan, seperti Donal Trump,” imbuhnya.