REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mengirimkan pasokan air bersih kepada sejumlah warga di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, pada Rabu (11/8). Sebab, dalam beberapa hari ke belakang, warga di wilayah itu mulai mengalami kekeringan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Satriabudi mengatakan, saat ini warga di Kabupaten Garut sudah mulai terdampak bencana kekeringan. Namun, baru ada satu laporan dari masyarakat untuk pengiriman air bersih, yaitu untuk warga di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu.
"Sementara hanya wilayah Cibatu yang meminta distribusi air bersih. Belum ada laporan lagi. Mudah-mudahan tidak ada lagi," kata dia, saat dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (12/8).
Ia mengatakan, distribusi air bersih ke warga terdampak kekeringan baru kali pertama dilakukan pada tahun ini. Pihaknya mengirimkan air bersih sekitar 5.000 liter ke warga di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut.
Distribusi air bersih itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan warga untuk minum. Pasalnya, air di wilayah itu mulai keruh akibat musim kemarau. "Sebenarnya di sana masih ada air, tapi berwarna kuning. Tidak layak untuk dikonsumsi. Jadi kita distribusikan air bersih," ujar dia.
Satriabudi mengaku sudah berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk pemenuhan air bersih di wilayah itu. Rencananya, distribusi air bersih ke wilayah itu masih akan terus dilakukan untuk beberapa hari ke depan.
Ia menjelaskan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Garut akan memasuki puncak musim kemarau pada Agustus. Namun, saat ini hujan masih terjadi di sebagian wilayah Kabuapaten Garut. "Kondisi cuaca juga di Garut masih ada wilayah yang berpotensi hujan. Jadi tak merata kemarau," ujar dia.
Kendati demikian, BPBD Kabupaten Garut telah melakukan antisipasi bencana kekeringan semakin meluas. Salah satunya dengan bersurat ke kecamatan untuk melaporkan kondisi wilayah di daerahnya masing-masing. Satriabudi mengatakan, aparat di kecamatan diminta mendata sumber mata air di wilayah masing-masing. Dengan begitu, ketika terjadi kekeringan, penanganannya dapat dilakukan dengan cepat.
"Kita sudah koordinasi dengan PDAM, Dinsos, dan Damkar, untuk distribusi air kalau ada kekeringan," kata dia. Ia menyebutkan, wilayah Kabupaten Garut yang berpotensi kekeringan mayoritas berada di utara. Namun, apabila kemarau panjang, wilayah selatan Kabupaten Garut biasanya juga terdampak kekeringan. "Tapi prioritas kita sementara di Garut utara," kata dia.
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, harus ada solusi agar kekeringan di satu wilayah tidak terjadi setiap musim kemarau. Salah satunya dengan pipanisasi air bersih dari sumber mata air.
Ia menyontohkan, berdasarkan keterangan warga Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, kekeringan selalu terjadi setiap tahunnya di wilayah itu. "Di sini setiap tahun kekeringan. Tidak hujan satu bulan saja sudah membutuhkan bantuan air," kata dia saat meninjau lokasi itu, Rabu (11/8).
Menurut dia, BPBD Kabupaten Garut sudah rutin mendistribusikan air bersih. Namun, hal itu tak bisa selalu dilakukan. Menurut dia, harus ada solusi jangka panjang. "Kita minta solusi untuk ada pipanisasi dari sumber air. Kita sudah komunikasi dengan Sekda Provinsi agar dibantu, kebutuhannya melalui BTT sebesar Rp 500 juta," kata dia
Ia berharap, pembuatan pipanisasi di wilayah itu dapat segera terelisasi. Dengan begitu, warga di wilayah itu tak lagi kesulitan air bersih. "BTT biasanya cepat realisasinya," kata dia.