Rabu 18 Aug 2021 19:19 WIB

Bahan Baku Impor dari India, Mengapa Tes PCR di Sini Mahal?

Pemerintah telah menurunkan harga tes PCR menjadi Rp 495 ribu - Rp 525 ribu.

Warga menjalani tes cepat antigen COVID-19 di layanan PCR dan antigen Swab Test Altomed, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (9/8/2021). Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan testing COVID-19 sebanyak 400 ribu per hari.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga/hp.
Warga menjalani tes cepat antigen COVID-19 di layanan PCR dan antigen Swab Test Altomed, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (9/8/2021). Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan testing COVID-19 sebanyak 400 ribu per hari.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, M Nursyamsi, Fauziah Mursid, Uji Sukma Medianti, Inas Widyanuratikah

Baca Juga

Selama ini ramai diberitakan harga tes Covid-19 real time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Indonesia disebut lebih mahal dibandingkan negara lain seperti India. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku sebenarnya Indonesia juga mengimpor bahan baku dari India, namun harga tesnya di sini menjadi lebih mahal karena ada komponen lain yang menentukan seperti bahan habis pakai.

"Bahan baku tes PCR kita (Indonesia) kan dari India. Tetapi belum tentu harga yang murah di India langsung bisa diterapkan di Indonesia, ada komponen harga lainnya untuk biaya tes," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Rabu (18/8).

Komponen yang Nadia maksud yaitu bahan habis pakai, biaya investasi mesin, biaya sumber daya manusia, biaya listrik, dan biaya operasional lainnya. Terkait kemungkinan tarif tes PCR di Indonesia kembali berkurang, Nadia tidak menutup kemungkinannya.

"Bisa, (harga tes PCR) kembali turun, kan bisa dievaluasi berkala," ujarnya.

Terkait pengawasan harga tes PCR saat ini, Nadia mengaku masalah itu diserahkan pada dinas kesehatan masing-masing wilayah. Sebab, dia melanjutkan, izin operasional ada di tangan Dinkes. Artinya, dia melanjutkan, jika terjadi pelanggaran juga dilakukan Dinkes.

Sekretaris Perusahaan sekaligus Juru Bicara PT Bio Farma (Persero) selaku induk holding farmasi, Bambang Heriyanto, mengatakan Bio Farma dan Kimia Farma telah menjalankan penurunan harga PCR menjadi Rp 495 ribu, Antigen Reguler sebesar Rp 85 ribu, dan Antigen Abbott Panbio sebesar Rp 125 ribu per Selasa (17/8).

"Dari Bio Farma dan Kimia Farma sudah menindaklanjuti (kebijakan tersebut)," ujar Bambang kepada Republika pada Rabu (18/8).

Bambang menyampaikan, belum ada arahan dari pemerintah terkait impor PCR dari India. Harga PCR di India yang sebelumnya 800 rupee menjadi 500 rupee atau setara Rp 96 ribu. Bambang menyebut, harga PCR di India yang murah hanya untuk keperluan dalam negeri India.

"Harus jelas harga di India tersebut karena apa. Apakah itu subsidi atau bagaimana," ucap Bambang.

 

 

Sebelumnya, Kemenkes telah menetapkan tarif tertinggi pemeriksaan RT-PCR Rp 495 ribu untuk pulau Jawa dan Bali, serta Rp 525 ribu untuk luar pulau Jawa dan Bali. Penetapan tarif tertinggi PCR Kemenkes saat ini diklaim yang termurah kedua di Asia Tenggara (Asean).

"Dari hasil evaluasi, kami sepakati bahwa batas tarif tertinggi pemeriksaan PCR diturunkan menjadi Rp 495 ribu untuk daerah Jawa dan Bali. Kemudian Rp 525 ribu untuk daerah luar Jawa-Bali," ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir saat berbicara di konferensi pers virtual Kemenkes mengenai tarif tertinggi tes PCR, Senin (16/8).

Kadir menambahkan, tarif tes PCR saat ini artinya 45 persen lebih rendah dibandingkan saat penetapan awal Kemenkes yang saat itu tertinggi Rp 900 ribu. Tarif tersebut ditetapkan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor HK.02.02/I/2845/2021 Tentang Batas Tarif Tertinggi Pemeriksaan Reserve Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

Terkait tarif tertinggi tes PCR di Jawa-Bali berbeda dengan harga tes PCR diluar dua pulau tersebut, Kadir mengaku itu terjadi karena dipengaruhi oleh faktor transportasi. Kadir menjelaskan, Jawa-Bali adalah pusat perdagangan yang tidak membutuhkan biaya transportasi terlalu besar. Ini tentu berbeda dengan laboratorium di luar Jawa-Bali misalnya di Kalimantan, Sumatra, Papua yang tentunya membutuhkan biaya transportasi.

"Variabel biaya transportasi ditambahkan dalam unit cost sehingga didapatkan selisih dan jadi Rp 525 ribu," katanya.

Menurut catatan Kemenkes, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, maka harga Test RT PCR di Indonesia termurah kedua setelah negara Vietnam. Adapun, daftar kisaran harga tes PCR di ASEAN sebagai berikut:

Thailand : Rp 1.300.000 – Rp 2.800.000

Singapura : Rp 1.600.000

Filipina : Rp. 437.000 – Rp. 1.500.000

Malaysia : Rp 510.000

Vietnam : Rp 460.000

 

In Picture: Harga Tes PCR Turun Jadi Rp 495 Ribu

photo
Petugas melakukan tes PCR kepada warga di GSI Lab, Jakarta, Rabu (18/8). Kementerian Kesehatan telah menetapkan tarif tertinggi tes PCR di Jawa-Bali Rp 495.000 dan Rp 525.000 di luar Jawa- Bali serta mewajibkan hasil tes tersebut untuk selesai dalam waktu 24 jam. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement