Kamis 19 Aug 2021 08:29 WIB

Petinggi AS Anggap Ashraf Ghani Bukan Lagi Orang Penting

Presiden Ghani mengaku tinggalkan Afghanistan karena ada ancaman.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang pejabat AS menilai Ashraf Ghani saat ini bukan lagi sebagai pemain kunci di Afghanistan. Penilaian itu disampaikan menyusul pernyataan Ghani yang berjanji akan balik ke Afghanistan.

"Dia bukan lagi tokoh di Afghanistan," ujar Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman sepeti dikutip NDTV melansir AFP, Rabu (18/8).

Baca Juga

Presiden tersingkirkan Ashraf Ghani kini sudah berada di Uni Emirat Arab. Ashraf Ghani mengaku meninggalkan negaranya karena telah mendapatkan ancaman ketika Taliban menguasai Kabul. Dalam sebuah pernyataan pertama melalui video, Ghani menyatakan, dia meninggalkan Afghanistan untuk menghindari pertumpahan darah di Kabul.  

"Keamanan meminta saya untuk pergi, karena ada ancaman yang akan segera terjadi kepada saya sebagai kepala negara,” kata Ghani, dilansir Anadolu Agency, Kamis (19/8).

Ghani mengatakan, dia tidak berniat untuk melarikan diri dari negaranya atau hidup di pengasingan. Ghani menepis tuduhan bahwa dia melarikan diri dengan membawa uang tunai dalam jumlah besar. Menurutnya, tuduhan tersebut merupakan upaya pembunuhan karakter. “Anda dapat memverifikasi ini dengan Bea Cukai UEA. Bahkan saya tidak punya waktu untuk mengganti sepatu saya," kata Ghani.

Ghani mengatakan, dia ingin mentransfer kekuasaan secara damai dengan Taliban. Namun ada sebuah ancaman yang membuatnya terpaksa pergi dari Afghanistan, ketika Taliban menguasai Kabul.   “Saya diberitahu bahwa Taliban ada di Kabul. Ada kesepakatan bahwa Taliban tidak akan memasuki Kabul. Tapi mereka melakukannya. Saya tidak ingin digantung, karena sebagai presiden, saya adalah kehormatan Afghanistan.  Saya tidak takut mati," kata Ghani.

Ghani telah bersumpah akan kembali ke negaranya untuk melanjutkan perjuangan demi hak dan nilai-nilai rakyat. Ghani juga memberikan dukungan untuk pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Taliban oleh mantan Presiden Hamid Karzai dan perunding perdamaian terkemuka Abdullah Abdullah.

"Saya sedang berkonsultasi untuk kepulangan saya ke Afghanistan sehingga saya dapat melanjutkan upaya untuk keadilan, nilai-nilai Islam dan nasional yang sejati," kata Ghani.

 

Ghani meninggalkan Afghanistan ketika Taliban menguasai ibu kota Kabul, setelah pasukan pemerintah Afghanistan melarikan diri atau menyerah. Kepergian Ghani telah menuai kritik dari sejumlah pejabat Afghanistan. Ghani mengakui, jatuhnya Kabul dan sejumlah wilayah strategis Afghanistan ke tangan Taliban adalah kegagalan kepemimpinan pemerintah.

"Saya bangga dengan pasukan keamanan kami, mereka belum dikalahkan, kami kalah di front politik.  Itu adalah kegagalan kepemimpinan pemerintah, kepemimpinan Taliban dan masyarakat internasional.  Itu adalah kegagalan proses perdamaian," kata Ghani.

Setelah kepergian Ghani, mantan Presiden Hamid Karzai bersama politisi veteran Gulbuddin Hekmatyar dan perunding perdamaian terkemuka Abdullah Abdullah membentuk sebuah dewan. Dewan ini bertujuan untuk memastikan kelancaran transfer kekuasaan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement