REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa mengatakan Uni Eropa harus menyambut warga Afghanistan yang berada dalam bahaya langsung dengan datangnya kekuasaan Taliban. Komisi tersebut menyerukan negara-negara anggota untuk mempercepat operasi mereka untuk menerima pengungsi.
"Wartawan, staf LSM, dan pembela hak asasi manusia di Afghanistan termasuk di antara mereka yang paling berisiko, khususnya perempuan," kata Komisaris Dalam Negeri UE, Ylva Johansson, dilansir Euronews pada Kamis (19/8).
"Sementara kami melanjutkan pekerjaan kami untuk mengatasi risiko migrasi tidak teratur, memerangi penyelundupan manusia dan mengelola perbatasan kami secara efektif, kami perlu menawarkan jalur hukum, aman dan terorganisir menuju UE," tambahnya.
Johansson mengatakan ia telah meminta negara-negara anggota UE untuk meningkatkan keterlibatan dalam pemukiman kembali. Hal itu diperlukan demi meningkatkan kuota untuk membantu mereka yang membutuhkan perlindungan internasional.
Johansson menggemakan seruan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mekanisme yang kuat untuk mencegah jaringan penyelundupan ilegal berakar, berusaha mengambil keuntungan dari warga Afghanistan yang rentan yang mencoba melarikan diri ke barat.
"Kita tidak boleh menunggu sampai orang tiba di perbatasan luar Uni Eropa. Ini bukan solusi. Kita harus mencegah orang menuju Uni Eropa melalui rute yang tidak aman, tidak teratur dan tidak terkendali yang dijalankan oleh penyelundup," ujar Johansson.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pada Selasa (17/8) bahwa dia terbuka untuk penerimaan 'terkendali' dari pengungsi Afghanistan yang sangat rentan yang melarikan diri dari rezim Taliban. Namun, subjek ini diperdebatkan dengan hangat di antara EU27.
Presiden Macron mengatakan ada kebutuhan untuk mengantisipasi kemungkinan kedatangan warga Afghanistan dan membentuk pendekatan terkoordinasi untuk mengatasi arus migrasi yang tidak teratur yang memberi makan segala jenis perdagangan.
Austria pada Rabu (18/8) meminta Uni Eropa untuk mendirikan 'pusat-pusat penahanan' di negara-negara tetangga Afghanistan untuk menahan warga Afghanistan yang diusir dari Eropa. Sementara itu Athena telah berbicara tentang keinginan untuk mengembalikan pencari suaka Afghanistan ke Turki.
Johansson berbicara tentang dukungan Uni Eropa untuk jutaan orang terlantar di Afghanistan melalui organisasi internasional, mengacu pada kerja sama yang sudah berlangsung dengan Pakistan, Iran, dan Tajikistan.
"Sejumlah besar warga Afghanistan telah melarikan diri ke negara-negara tetangga. Kita harus bekerja sama dengan negara-negara di kawasan itu dan siap memberi mereka bantuan kemanusiaan dan pembangunan yang diperlukan. Kita harus meningkatkan dukungan kita saat situasi berkembang," katanya.