REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden periode 2004-2009 dan 2014-2019, M Jusuf Kalla dituding sebagai pelindung atau pembela Taliban di Indonesia, oleh beberapa warganet. Hal itu sebagai imbas kemenangan pasukan Taliban yang menguasai Afghanistan, hingga menjadi perbincangan publik di Tanah Air.
Tudingan itu dialamatkan kepada JK, lantaran ia pernah bertemu dan berdiskusi dengan pemimpin senior Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di Jakarta pada akhir Juli 2019. Rombongan taliban juga bertemu petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Juru Bicara JK, Husain Abdullah menuturkan, tudingan itu jelas tidak berdasar dan fitnah. Dia pun meluruskan berbagai tudingan menyesatkan yang dibuat warganet (netizen).
"Pak JK tetap di jalan yang benar. Misi damai yang dirintisnya sejak 2018, berdialog dengan dua kubu Pemerintahan Ashraf Ghani dan kawan-kawan serta Taliban, Baradar dan kawan-kawan. Setidaknya berhasil meyakinkan mereka agar menyelesaikan masalah secara damai, tanpa kekerasan atau kontak senjata," ucap Uceng, sapaan akrabnya kepada Republika, Jumat (20/8).
Dia menjelaskan, JK telah mengupayakan yang terbaik bagi kedua kubu di Afghanistan. Uceng menegaskan, sosok seperti JK sangat sulit ditemukan, lantaran bisa diterima kedua kubu yang bertikai di Afghanistan.
Baca juga : Taliban Deklarasikan Emirat Islam Afghanistan
"Untuk dipercaya dua pihak yang bertikai tidak mudah, apalagi yang sudah berkonflik puluhan tahun. Dan Pak JK mendapat kepercayaan itu dari kedua pihak untuk berdialog dan memediasi," ucap Uceng.
Uceng juga menyinggung gaya diplomasi JK kepada pemimpin Taliban untuk menunjukkan Islam yang damai. Caranya, JK mengajak Mullah Baradar mengunjungi Masjid Sunda Kelapa di Menteng, Jakarta Pusat, untuk melihat langsung aktivitas Muslim saat shalat.
“Baradar tentu terkesan ketika berjalan kaki ke Masjid Sunda Kelapa, Menteng tanpa pengawalan ketat. Dan suasana damai seperti itu ada di Indonesia yang Islamnya moderat,” kata JK.
Menurut Uceng, fakta lain yang tidak bisa dimungkiri, jika JK memiliki kapasitas sebagai juru damai. Hal itu sudah dibuktikan dalam konflik di Poso, Ambon, dan Aceh, sambung dia, JK selalu terlibat mendamaikan mereka yang berkonflik.
"Begitu gigihnya Pak JK menegakkan perdamaian, membuat mal Ratu Indah miliknya di Makassar, dibom kelompok yang tidak mendukung upaya damai di Poso," ucapnya.
Uceng pun menyentil mereka yang tergolong secara terorganisasi menyerang JK tanpa dasar. Kelompok teridentifikasi sebagai akun-akun yang mendukung pemerintah. "Anggaplah seperti itu. Kalau sampah biasanya menebar aroma busuk," ucapnya.
Kebohongan mereka jadikan dasar perbincangan serius hehe https://t.co/hKIAgOu0zc
— DaengUceng (@husainabdullah1) August 19, 2021