REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengajak para pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Garut untuk dapat bersiap menyambut serangan pariwisata (revenge tourism). Dia menilai, bukan tak mungkin akan terjadi revenge tourism ketika nantinya level PPKM di Kabupaten Garut dilonggarkan.
Sandi mengatakan, lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 terjadi membuat banyak orang jenuh. Apalagi, dengan munculnya gelombang kedua penularan Covid-19, aktivitas masyarakat kembali diperketat.
Dia meyakini, apabila kasus Covid-19 mulai melandai, banyak masyarakat yang ingin berwisata. Karena itu, dia meminta, PHRI dapat mempersiapkan diri menerima kunjungan wisatawan yang sangat masif nantinya.
“Contohnya yang terjadi di India, setelah lockdown, di sana terjadi revenge tourism," kata dia melalui keterangan resmi, Senin (23/8).
Menurut dia, ketika itu semua tiket penerbangan terpesan habis, okupansi hotel tingg, bahkan kelebihan permintaan sebesar 40 persen. Alhasil, banyak wisatawan yang kecewa.
Sandiaga menilai, kondisi itu bisa terjadi di Kabupaten Garut. Apalagi, destinasi wisata di Kabupaten Garut dapat dicapai dengan menggunakan transportasi darat dari Jakarta selama kurang lebih tiga jam.
Dia menuturkan, dari data yang dihimpunnya, pada akhir September 2021 angka Covid-19 diprediksi akan melandai. "Karena itu, sembari kita menyiapkan protokol kesehatan dengan upaya percepatan vaksinasi,” kata dia.
Sandiaga menjelaskan, semua peluang yang ada harus dimaksimalkan. Namun, upaya antisipasi juga perlu dilakukan. Karenanya, diperlukan dukungan dan kerja sama dari unsur pentahelix agar sektor pariwisata dapat menemui titik terang dan mengembalikan neraca ekonomi negara yang terpuruk.
Menurut dia, saat ini pihaknya terus menggenjot vaksinasi Covid-19 di kalangan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu, penerapan protokol kesehatan (prokes) berbasis cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) atau CHSE harus menjadi perhatian. Terlebih tren pariwisata ke depan polanya akan beradaptasi kepada pariwisata yang personalize, customize, localize, dan smaller in size.
“Pelajaran yang kita ambil, sejauh ini kita selalu bicara destinasi yang berkelas dunia mengharapkan wisatawan mancanegara bersaing dengan Thailand, Malaysia dari segi jumlah kunjungannya," katanya.
"Tapi ternyata, permata di depan kita dilupakan yaitu wisatawan nusantara yang menghabiskan 11 miliar dolar AS tiap tahun yang berwisata ke luar negeri. Karena saya yakin yang mampu melayani customer adalah PHRI,” ujar dia lagi.