REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, berharap tenaga pendidik bisa mempengaruhi sekitarnya untuk membuat konten positif di media sosial. Setidaknya, perlu ada sebuah upaya untuk mengurangi persebaran konten negatif dan hoaks.
"Diharapkan para peserta dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman kepada peserta lain mengenai cara mengidentifikasi. Recheck keabsahan, dan menangkal hoaks atau berita bohong yang tersebar di internet," kata Jumeri, saat membuka webinar Cara Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks di Internet Bagi Tenaga Pendidik, Kamis (26/8).
Ia mengatakan, berdasarkan survei dari Katadata Insight Center dan Kemenkominfo, pada 2020 11,2 persen menyatakan pernah menyebarkan kabar bohong. Sebanyak 58,4 persen di antaranya mengatakan hanya ingin mendistribusikan informasi meskipun belum membuktikan kebenarannya.
"Ini yang paling banyak kita alami. Karena merasa itu hebat, dan kita ingin menjadi orang pertama yang menyebarkan," kata Jumeri menambahkan.
Jumeri mengatakan, tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk. Teknologi digital merupakan hal baru bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan berbagai macam misinformasi beredar di masyarakat.
Berdasarkan hasil survei tersebut, lanjut dia, dapat disimpulkan semakin tingginya teknologi digital harus didukung pula dengan kecakapan dan kesiapan pengguna internet. Masyarakat juga perlu didorong untuk menyebarkan konten-konten yang positif.