Jumat 03 Sep 2021 14:35 WIB

Inggris Buka Peluang Dialog, Tapi tak akan Akui Taliban

Inggris masih dengan cermat memantau langkah konkret Taliban memenuhi janji mereka

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, meninggalkan 10 Downing Street setelah pertemuan, di London, Kamis 19 Agustus 2021.
Foto: AP/Kirsty O'Connor/PA
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, meninggalkan 10 Downing Street setelah pertemuan, di London, Kamis 19 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA - Inggris menegaskan tidak akan mengakui Taliban tapi membuka ruang untuk dialog dengan kelompok tersebut. Hal ini dikatakan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Dominic Raab dalam perjalanan diplomatiknya ke Qatar untuk memantau keamanan bagi warga Inggris dan Afghansitan yang masih tertinggal dalam proses evakuasi, Kamis (2/9).

"Kenyataannya adalah kita tidak akan mengakui Taliban kapan pun di masa mendatang, tetapi saya pikir ada ruang lingkup penting untuk keterlibatan dan dialog," ujar Raab seperti dikutip laman Aljazirah, Jumat (3/9).

Baca Juga

Berbicara dalam konferensi pers bersama Menlu Qatar, Raab mengatakan Inggris tengah berupaya membangun koalisi regional. Koalisi ini dibangun untuk memastikan perjalanan yang aman bagi warga negara Inggris yang tersisa dan warga negara Afghansitan yang bekerja untuk Inggris serta orang lain yang mungkin paling berisiko.

Ribuan warga Afghansitan yang membantu Inggris dan kerabat mereka dikhawatirkan tertinggal selama evakuasi Kabul jelang batas waktu penarikan 31 Agustus lalu. Berbagai pihak berharap Bandara Kabul akan kembali dibuka untuk kelanjutan proses evakuasi.

Pembukaan kembali Bandara Internasional Hamid Karzai akan memungkinkan skala evakuasi yang lebih besar dari Afghasnitan. Pasalnya banyak orang yang ingin melarikan diri dari Afghanistan karena takut kekuasaan Taliban akan kembali mencekik mereka.

Baca juga : Qatar Bekerja Sama dengan Taliban Buka Bandara Kabul

"Belum ada indikasi yang jelas kapan akan beroperasi penuh, tetapi kami bekerja sangat keras dan juga terlibat dengan Taliban untuk mengidentifikasi apa celah dan risiko untuk membuat bandara kembali beroperasi," ujar Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Qatar kini memainkan peran kunci dalam kemajuan mempertahankan hubungan dekat dengan Taliban. "Kami akan tetap berharap kami akan dapat mengoperasikannya sesegera mungkin," ujar Al Thani.

Raab menuturkan Qatar adalah pintu utama dalam menangani krisis ke depan di Afghansitan. Dia juga berusaha untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih luas untuk upaya diplomatik.

Raab mengatakan kepada para pejabat Qatar untuk memastikan Afghanistan tidak mendukung terorisme di masa depan, mencegah krisis kemanusiaan, menjaga stabilitas regional, dan meminta pertanggungjawaban Taliban atas janji publik mereka untuk membentuk pemerintahan yang lebih inklusif. Inggris masih dengan cermat memantau langkah konkret Taliban dalam pemenuhan janji-janji mereka.

"Saya pikir di atas semua itu kita perlu menyatukan kelompok yang dapat memberikan pengaruh moderat maksimum pada apa yang dilakukan Taliban selanjutnya dan kita pasti akan menilai mereka, ya atas kata-kata mereka, tetapi yang lebih penting apa yang mereka lakukan untuk memenuhi jaminan yang mereka buat," ujar Raab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement