Selasa 07 Sep 2021 05:30 WIB

UEA Umumkan Rencana Investasi Ekonomi

Uni Emirat Arab (UEA) berencana menggelontorkan perekonomian mereka pada 2030

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Ekonomi Uni Emirat Arab (UEA)
Ekonomi Uni Emirat Arab (UEA)

Uni Emirat Arab (UEA) pada hari Minggu (05/09) mengumumkan sebuah rencana utamanya untuk merangsang perekonomian serta meliberalisasi aturan kependudukan untuk orang asing. Hal ini bertujuan untuk merombak sistem keuangan negara itu dan untuk menarik pengunjung dan investasi.

Rencana negara untuk memikat investasi asing selama beberapa dekade ke depan sangat kontras dengan kondisi negara-negara Teluk lainnya. UEA tengah berupaya mendiversifikasi ekonomi mereka yang sangat bergantung kepada minyak.

Memperingati ulang tahunnya yang ke-50, UEA berusaha untuk mempercepat reformasi ekonomi dan sosial untuk mengubah citra mereka.

Menggambarkan UEA sebagai sebagai pusat perdagangan dan keuangan yang liberal dan ramai, pemerintah berjanji untuk menggelontorkan dana sebesar US$13,6 miliar (Rp190,4 triliun) ke dalam perekonomian pada tahun depan dan US$150 miliar (Rp2,1 kuadriliun) pada tahun 2030. Proyek-proyek khusus belum diumumkan, tetapi US$1,36 miliar (Rp19,04 triliun) telah dialokasikan untuk Bank Pembangunan Emirates demi mendukung sektor industri.

"Kami sedang membangun ekonomi 50 tahun yang baru," kata Thani al-Zeyoudi, Menteri Negara untuk Perdagangan Luar Negeri. Dia mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa perdagangan bebas dan keterbukaan telah lama menjadikan UEA sebagai pintu masuk global utama.

"Siapa pun yang mencoba menjadi lebih konservatif dan mencoba menutup pasar mereka, nilainya hanya akan dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, mereka merugikan ekonomi mereka,” lanjutnya.

Bersaing dengan Arab Saudi

Untuk menjalankan rencana ini, UEA mempunyai saingan kelas berat dari negara tetangga mereka yakni Arab Saudi. Dengan strategi berbeda di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Saudi mengumumkan investasi besar-besaran di sektor pariwisata dan mencoba mengurangi peran ekspatriat agar lebih banyak warga Saudi yang bekerja di sektor swasta.

Namun hingga saat ini, dilaporkan kebanyakan perusahaan global lebih memilih untuk membangun cabangnya di Dubai dibandingkan di Saudi.

Indonesia jadi target?

UEA juga tengah berusaha menggandakan ekonomi mereka di dekade berikutnya dengan menjalin perjanjian dengan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika.

Adapun negara-negara tersebut antara lain Korea Selatan, Indonesia, Kenya, Etiopia, Turki, Inggris Raya, dan India.

Sebelumnya pada Kamis (02/09), Indonesia resmi memulai perundingan dagang dengan UEA di bawah pakta Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partneship Agreement atau I-AUE CEPA. Pakta itu telah ditandatangani Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Thani al-Zeyoudi di Bogor.

Aturan kependudukan baru bagi warga negara asing

Selain itu, pada hari Minggu (05/09) UEA juga mengumumkan rencana untuk memberi penduduk tambahan masa berlaku visa selama tiga bulan untuk mencari pekerjaan lain setelah dipecat. Orang tua juga dapat mensponsori visa anak-anak mereka hingga usia 25 tahun.

UEA juga mengizinkan pekerja asing untuk bekerja di sana tanpa sponsor perusahaan, serta mengurangi pembatasan visa pada janda dan pasangan yang bercerai.

"Ini menargetkan individu-individu yang sangat terampil, investor, pebisnis, pengusaha, serta pelajar dan dan pelajar pascasarjana," kata Thani al-Zeyoudi.

Sebelumnya, pada tahun 2019, UEA meluncurkan visa "emas" izin tinggal 10 tahun untuk menarik individu-individu kaya dan pekerja yang sangat terampil, menjadikan negara tersebut pionir di kawasan Teluk. Kemudian program-program serupa diluncurkan di negara-negara lain yang kaya sumber daya alam seperti Arab Saudi dan Qatar.

Dilaporkan orang asing menyumbang 90 persen dari 10 juta populasi di UEA. UEA pun jadi negara ekonomi terbesar kedua di kawasan Arab setelah negara tetangga Arab Saudi.

rap/hp (AP, AFP)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement