Rabu 08 Sep 2021 20:30 WIB

BI: Ketergantungan Akan Dolar AS Kurang Sehat

BI sebagai otoritas perlu menciptakan hubungan yang lebih sehat.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Bank Indonesia. BI terus mendorong aplikasi Local Currency Settlement.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Logo Bank Indonesia. BI terus mendorong aplikasi Local Currency Settlement.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyampaikan, hegemoni dan ketergantungan akan dolar AS dalam transaksi negara-negara di dunia sudah kurang sehat. Mengingat dolar AS adalah mata uang suatu negara sehingga penggunaannya sebagai global currency perlu dikurangi.

"Untuk mengurangi hegemoni dolar AS di Asia ini memang cukup aktif, ide Local Currency Settlement (LCS) ini terus bergulir sejak lama," kata Erwin dalam Taklimat Media BI pada Rabu (8/9).

Baca Juga

BI sendiri tidak memiliki target signifikan untuk batas pengurangan penggunaan dolar AS. Karena ini sangat tergantung dengan preferensi bisnis di industri. Namun, BI sebagai otoritas perlu menciptakan hubungan yang lebih sehat.

Erwin mengatakan, BI akan terus mendorong kebijakan tersebut agar membawa penyesuaian di industri. Salah satu caranya dengan memberikan insentif bagi pihak-pihak atau pelaku ekonomi yang menggunakan LCS. Dengan demikian, ketergantungan bisa bergeser menjadi lebih sehat.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement