Kamis 16 Sep 2021 14:54 WIB

Dakwah di Kampus Harus Kedepankan Ajaran Rasulullah

Ajaran Rasulullah harus dikedepankan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Dakwah di Kampus Harus Kedepankan Ajaran Rasulullah. Foto: Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Foto: MGROL100
Dakwah di Kampus Harus Kedepankan Ajaran Rasulullah. Foto: Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Penerangan Agama Islam pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Syamsul Bahri, mengatakan, dakwah di kampus, di pesantren dan di mana saja harus mengedepankan konsep Alquran dan ajaran Rasulullah SAW. Harus memahami Islam secara kaffah atau menyeluruh, tidak boleh sepotong-sepotong memahaminya.

"Dakwah di kampus juga harus lebih mengedepankan akhlakul karimah, karena memang itu yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam membawa misi Islam dan dalam membawa perubahan dunia ini dengan akhlakul karimah," kata Syamsul kepada Republika, Kamis (16/9).

Baca Juga

Ia menambahkan, dakwah juga harus memberikan misi kasih sayang untuk seluruh alam, misi membangun hubungan kemanusiaan, misi saling menghormati dan menghargai. Serta misi berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan di muka bumi. Sehingga Islam tampil sebagai wajah agama yang memayungi, melindungi dan memelihara kebaikan kepada sesama manusia, alam, bangsa dan negara.

Menurutnya, dalam konteks tertentu dakwah harus bisa membangun militansi keislaman yang sebenarnya. Artinya Islam yang membangun hubungan kebaikan kepada sesama manusia, dan membangun hubungan kebaikan pribadi sebagai Muslim kepada Allah SWT.

Syamsul mengingatkan, Allah berfirman bahwa manusia akan dilanda kehinaan di manapun berada, kecuali mereka membangun hubungan yang baik kepada Allah dan kepada sesama manusia. Itulah esensi Islam.

"(Dakwah) jangan ditunggangi kepentingan tertentu yang menjurus kepada kepentingan pribadi atau kekuasan, Islam harus tampil sebagai wajah agama yang memayungi, melindungi dan menjaga keharmonisan hidup," ujarnya.

Ia menambahkan, ada persoalan peribadatan yang harus dimilitansikan kepada setiap anak-anak muda atau mahasiswa. Yakni dalam konteks ibadahnya dan kesetiannya kepada Allah. 

"Betapapun dan di manapun hidup, tauhid kita jangan goyah, tauhid itu luas sekali, kita bertuhan kepada Allah untuk menjaga keharmonisan kita kepada Allah, artinya menerjemahkan perintah Allah, setelah kita bertauhid, beribadah dan bersujud kepada Allah maka kita membangun hubungan kebaikan kepada sesama manusia dan alam sesuai dengan tata cara yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya," jelasnya.

Syamsul menegaskan, dakwah Islam harus saling menjaga, menghormati dan membangun. Dakwah jangan disisipi sikap zalim, memusuhi dan menghina. Mereka yang memilih menjadi Muslim karena melihat Islam secara rasional berdasarkan ilmu. Sementara, orang bisa menjadi benci terhadap Islam, jika dakwahnya menampilkan Islam dengan kekerasan dan permusuhan. Konsep kekerasan dan perusuhan itu tidak ada dalam Islam.

"Pertahankan sikap dan wajah Islam yang rahmatan lil alamin, tampilkan wajah Islam yang dirindukan," ujar Syamsul.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement