Jumat 17 Sep 2021 19:59 WIB

Sejumlah Studi Dukung Pemberian Booster Vaksin Pfizer

FDA masih belum memberikan keputusan soal dosis booster vaksin Covid-19 Pfizer.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksinasi Covid-19 dengan vaksin Pfizer. Komite penasihat independen AS akan mengadakan pertemuan Jumat untuk mempertimbangkan data yang berkaitan dengan booster Pfizer.
Foto:

Terlepas dari itu, suntikan vaksin Covid-19 Pfizer tetap protektif terhadap penyakit parah yaitu 96,7 persen. Sementara itu, temuan tambahan mengenai pemberian dosis ketiga vaksin Pfizer yang juga diterbitkan di NEJM menunjukkan adanya peningkatan kekebalan antara lima kali lipat hingga lebih dari tujuh kali lipat dalam titer antibodi penetralisir, dan bahkan pada tingkat yang lebih tinggi terhadap varian beta yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

"Meskipun efektivitas vaksin terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian tetap tinggi, penurunan kekebalan dan diversifikasi virus menciptakan kemungkinan kebutuhan akan vaksin dosis ketiga," bunyi surat penelitian dari Dr Ann Falsey dari University of Rochester, Dr Robert Frenck dari Cincinnati Children's Hospital, dan lain-lain.

Perdebatan tentang perlunya booster vaksin Covid-19 bagi warga Amerika Serikat terjadi karena lebih dari setengah populasi global tetap belum divaksinasi. Hal itu telah membuat para ahli terpecah menjelang pertemuan FDA.

Sementara itu, pejabat kesehatan memperkirakan akan dapat memulai peluncuran booster Pfizer pada 20 September. Di sisi lain, pejabat tinggi kesehatan telah meyakinkan bahwa perlu lebih banyak waktu untuk meninjau data tentang vaksin Covid-19 Moderna.

"Saya pikit saat ini indikasinya adalah bahwa kita tidak memerlukan dosis booster," kata Direktur Pusat Penelitian Imunisasi dan profesor di Departemen Kesehatan Internasional di Johns Hopkins Bloomberg School, Anna Durbin.

Menurut Durbin, Amerika tidak seharusnya memberikan sumber daya yang berharga, yaitu vaksin, sebagai dosis ketiga hanya karena bisa melakukannya. Ia mengingatkan bahwa keputusan pemberian booster seharusnya diambil berdasarkan ilmu epidemiologi dan karakteristik penyakitnya.

Durbin menyebut, data tambahan mungkin akan datang dalam mendukung penggunaan booster bagi populasi tertentu, seperti individu lanjut usia dan mereka yang berada di fasilitas perawatan jangka panjang. Sementara itu, pada bulan lalu, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Rochelle Walensky dan pejabat kesehatan terkemuka lainnya telah merilis sebuah rencana yang mengindikasikan penyedia layanan kesehatan, penghuni panti jompo, dan manula lainnya kemungkinan akan memenuhi syarat untuk booster mulai 20 September 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement