Selasa 21 Sep 2021 19:35 WIB

Allah tidak Melihat Rupa, tetapi Amal

Seseorang harus menahan diri tidak menghakimi orang berdasarkan keadaan mereka.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Allah tidak Melihat Rupa, tetapi Amal
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Allah tidak Melihat Rupa, tetapi Amal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di setiap komunitas atau masyarakat, tentunya ada berbagai cara untuk mengukur dan menilai satu sama lain. Kita umumnya menilai seseorang dengan mengukur berapa banyak uang yang dihasilkan, kekayaan berupa mobil, rumah, tabungan dan aset, dan sebagainya.

Ukuran lain yang kerap menjadi penilaian ialah penampilan fisik dan karakteristik etnis, seperti tinggi badan, berat badan, usia, asal muasal, bahasa, warna kulit, atau budaya. Namun, manusia tentunya memiliki sedikit kendali dan tidak bisa memilih di mana tempat kelahiran mereka, warna kulit, atau kekayaan mereka.

Baca Juga

Karena itu, Hazem Said dalam artikelnya yang dimuat di laman About Islam, dilansir Selasa (21/9), menyebutkan tidaklah adil atau bijaksana menilai seseorang berdasarkan karakteristik yang tidak dapat mereka pilih atau kuasai. Lantas, atas dasar apa kita seharusnya menilai satu sama lain dan diri kita sendiri?

Hazem Said telah aktif di komunitas Muslim di Amerika selama lebih dari 10 tahun dan memegang banyak posisi kepemimpinan yang berbeda. Dalam artikelnya itu, Said mengatakan manusia sejatinya memiliki kendali atas keputusan yang mereka buat.

Pilihan dan keputusan itu adalah standar yang jauh lebih baik untuk menilai kemajuan dan pencapaian dalam hidup. Menurut Said, seseorang mengendalikan sendiri apa yang ia yakini, apa yang ia terima dan ia tolak.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(QS. Al-Baqarah ayat 259)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement