REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kota berpenduduk 10 juta di China utara, Harbin menerapkan kebijakan semi shutdown atau pembatasan menengah untuk pergerakan warga setelah melaporkan kasus Covid-19 pertama kalinya sejak awal Februari. Tiga dari 16 kasus lokal baru dilaporkan berada di Harbin, ibu kota provinsi Heilongjiang pada Selasa (21/9) waktu setempat.
Komisi Kesehatan Nasional China mencatat kasus penularan lokal terakhir di kota itu pada 4 Februari. Pemerintah Harbin kemudian berjanji untuk menyelesaikan pengujian tes Covid-19 di seluruh kotanya hingga Kamis (23/9).
Pemerintah setempat memutuskan untuk menutup kota dan mengatakan kepada penduduknya untuk menahan diri ke luar rumah, kecuali mendesak sebelum hasil tes Covid-19 keluar. Pemerintah kota juga sudah menginstruksikan penduduknya meninggaglkan kota kecuali ada alasan penting.
Jika penduduk bepergian, mereka juga harus menunjukkan bukti tes negatif dalam waktu 48 jam sejak keberangkatan. Tempat-tempat di dalam ruangan seperti bioskop, gimnasium, dan lain sebagainya juga ditutup.
Lokasi wisata turut diperintahkan untuk membatasi lalu lintas pengunjung hingga setengah dari kapasitasnya. Kota itu juga akan menangguhkan kelas tatap muka di semua taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah atas selama sepekan mulai Rabu (22/9).
Namun demikian tidak jelas apakah tiga kasus Covid-19 baru di Harbin terkait dengan wabah saat ini di provinsi timur Fujian. Menurut televisi pemerintah, salah satu kasus ditemukan ketika orang tersebut pergi ke rumah sakit setempat untuk pengujian.
Dua lainnya, kontak dekat dari kasus pertama yang kembali ke China dari Filipina pada akhir Agustus dan pertama kali dikarantina di kota selatan Guangzhou sebelum dikarantina lagi di rumahnya di Harbin. Kabupaten Bayan, tempat tinggal dari tiga kasus tesebut menangguhkan layanan bus dan taksi dan mengunci beberapa daerah.