Kamis 23 Sep 2021 18:37 WIB

Menag: Islam Agama Benar, tapi Jangan Salahkan Agama Lain

Menag mengajak saling menghormati antarumat beragama

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, mengajak saling menghormati antarumat beragama
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, mengajak saling menghormati antarumat beragama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, menyatakan bahwa meyakini bahwa ajaran agama Islam adalah ajaran agama yang benar, tapi tidak berarti mengatakan agama yang tidak sama dengan Islam adalah salah. 

"Kita punya keyakinan sendiri-sendiri, kita punya keyakinan masing-masing, dan mari kita pegang keyakinan kita dalam beragama itu adalah keyakinan yang paling benar tanpa harus mempersalahkan yang lain," kata Yaqut saat pidato pada Malam Peluncuran Aksi Moderasi Beragama, Rabu (22/9) malam.

Baca Juga

Dia menegaskan, tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan agama-agama lokal lain. Indonesia ini tegak berdiri karena ada agama-agama yang memang beragam. 

Dia menerangkan, jika Tuhan menginginkan agama itu satu, akan mudah bagi Tuhan menjadikan semua agama ini satu. Tapi Tuhan menginginkan manusia ini berbeda-beda agar bisa bersilaturahim, agar bisa saling berhubungan, mengoreksi satu sama lain, dan saling berpikir kritis satu sama lain. 

"Untuk itu agama kemudian tidak boleh dipaksakan, di dalam Islam ada perintah jangan paksakan agama kepada yang lain. Agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku, tidak ada paksaan dan tidak ada intimidasi dalam meyakini kebenaran agama," ujarnya. 

Menag mengatakan, inilah yang menjadikan Indonesia kuat tegak berdiri dan jaya. Hari ini mewaris Indonesia yang indah, beragam dan kaya. Maka warisan indah ini jangan diwariskan lagi dalam kondisi porak-poranda pada anak cucu nanti. 

"Kita harus jaga warisan ini agar warisan yang baik, yang indah ini juga kita bisa wariskan kepada anak cucu kita dengan keindahan yang sama bahkan lebih baik dari hari ini," jelasnya. 

Menag menambahkan, jika dicermati sejarah perkembangan Islam di Nusantara, Islam ini diimplementasikan secara moderat. Para pembawa Islam generasi awal menunjukkan sikap yang sangat elegan dalam menghargai perbedaan. Mereka menolak kekerasan, berkomitmen terhadap kebangsaan dan ramah terhadap budaya lokal. 

"Kita punya sejarah Wali Songo misalnya, karena Wali Songo itu mendakwahkan Islam dengan berdamai dengan budaya. Sunan Kalijaga dengan wayang, ini luar biasa dan tidak ada dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia dengan cara-cara kekerasan," ujarnya. 

Menag menegaskan, jadi jika ada orang-orang yang ingin menyebarkan agama Islam dengan cara-cara kekerasan, dan dengan cara yang tidak berdamai dengan kebudayaan, serta dengan cara yang tidak berdamai dengan kekayaan yang dimiliki Nusantara. "Maka kita yang waras kita yang berada di jalan yang benar harus berani sama-sama mengusir mereka keluar dari Indonesia," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement