Jumat 24 Sep 2021 04:42 WIB

Lampung Kaji Pengembangan Kawasan Lobster

Pengembangan kawasan lobster untuk memaksimalkan potensi perikanan budidaya di daerah

Petani menunjukkan lobster air tawar capit merah (red claw) yang akan ditempatkan ke kolam pembenihan (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Petani menunjukkan lobster air tawar capit merah (red claw) yang akan ditempatkan ke kolam pembenihan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mulai melakukan kajian pengembangan kawasan lobster. Hal ini untuk memaksimalkan potensi perikanan budidaya di daerahnya.

"Di Lampung, potensi budidaya lobster ini cukup banyak, jadi pengembangan kawasan lobster tentu bisa dilakukan namun tidak dalam satu area melainkan terpisah-pisah," ujar Pelaksana Tugas Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung Kusnardi, di Bandarlampung, Kamis (23/9).

Baca Juga

Ia mengatakan kajian pengembangan kawasan lobster tersebut akan dibagi dalam sejumlah segmentasi. Dari fase pendederan hingga panen akan dilakukan di berbagai tempat terpisah.

"Nantinya kita bagi jadi fase-fase sesuai tumbuh kembang lobster, dan kelompok nelayan ataupun masyarakat akan diberdayakan serta risiko kerusakan lingkungan bisa diminimalkan," ucapnya.

Menurutnya, perencanaan kajian pengembangan kawasan lobster tersebut juga akan menggandeng sejumlah pihak."Di Lampung dengan perusahaan sudah dilakukan pembicaraan mengenai ini, setelah melihat potensi akan ada kelembagaan dan untuk pemberdayaan masyarakat pesisir kita lakukan dengan sistem ekonomi kerakyatan," katanya.

Adanya kajian dan perencanaan pengembangan kawasan lobster juga dikatakan oleh Direktur Operasional PT Saibatin, Ricky Suntoro."Mimpi para pembudidaya memang Lampung ini menjadi jadi kawasan lobster, dimana pusat riset lobster terbentuk juga disini" ujar Ricky.

Dia menjelaskan untuk menjadi kawasan lobster pihaknya akan terus bekerjasama dengan pemerintah daerah serta universitas. "Saat ini sedang berbenah untuk membuat pusat riset bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor, kalau memang berhasil dalam riset ini kita akan bagikan ke masyarakat di Teluk Lampung jadi terbentuk ekonomi kerakyatan," ucapnya pula.

Ricky mengatakan, dalam perencanaan riset tersebut akan ada pembagian fase budidaya dimana fase pertama yaitu pembudidaya dari benih bening hingga ukuran 5-7 gram. Fase dua ukuran 5-7 gram hingga 30 gram. Fase ketiga dari ukuran 30-100 gram, dan fase terakhir dari 100 gram sampai panen.

"Mengenai segmentasi ini sudah kita bicarakan dengan pemerintah daerah dan nantinya akan menjadi rantai pasok sesuai peraturan yang ada," katanya lagi.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui laman statistik.kkp.go.id, produksi lobster Lampung pada tahun 2015 mencapai 53 ton, 2018 mencapai 80 ton, dan pada 2018 ada 1,17 ton.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement