Sabtu 25 Sep 2021 10:07 WIB

Islam Memberikan Kemudahan Beribadah, Ini Penjelasannya

Kemudahan dalam beribadah untuk memberikan keringanan pada hamba

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kemudahan dalam beribadah untuk memberikan keringanan pada hamba. Ilustrasi beribadah
Foto: AP / Nasser Nasser
Kemudahan dalam beribadah untuk memberikan keringanan pada hamba. Ilustrasi beribadah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam syariat Islam, ibadah merupakan ketundukan atau ketaatan seorang hamba secara khusus kepada Allah SWT. Setiap keutamaan dari ibadah yang ditaklifkan kepada umat Islam pasti akan kembali kepada sang pelaku ibadah itu sendiri. 

Namun, Allah sama sekali tidak ingin membebani para hamba-Nya dengan tugas-tugas ibadah tersebut. Sebaliknya, Allah menginginkan keutamaan ibadah yang terkandung di dalamnya bisa kembali kepada hamba-Nya tanpa membuat sang hamba merasakan kepayahan.

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW juga telah mengingatkan kepada para sahabatnya untuk tidak terlalu memaksakan dalam melaksanakan ibadah. Hal ini disampaikan Nabi kepada salah satu sahabatnya yang bernama Abdullah bin Amr bin Al Ash. 

Dikutip dari buletin Tanwirul Afkar terbitan Ma'had Aly Sukorejo, Abdullah bin Amr bin Al Ash dikenal sebagai ahli ibadah. Namun, diceritakan bahwa dia sangat menyesal ketika usianya telah lanjut. Bagaimana tidak, ketika dia masih muda, Rasulullah SAW telah memberikan berbagai macam keringanan dalam beribadah kepadanya namun dia tolak.

Suatu saat Nabi SAW. bertanya kepadanya: “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan tidak pernah berbuka?” ‘Abdullah menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Nabi pun memberi saran, “Cukuplah berpuasa tiga hari dalam sebulan.”

Merasa masih muda dan memiliki kemampuan, dia pun menanggapi saran Nabi: “Aku sanggup melakukan lebih banyak dari itu.”

Kemudian Nabi SAW memberikan saran yang lebih ringan lagi, “Kalau begitu, kamu cukup berpuasa dua hari dalam seminggu.” Lagi-lagi Abdullah menjawab: “Aku sanggup lebih banyak lagi.” 

Rasulullah kembali berkata, “Kalau begitu, lakukanlah puasa yang lebih utama, yaitu puasa Nabi Daud (puasa sehari lalu berbuka sehari).” 

Setelah diam sejenak, Nabi kembali bertanya, “Benarkah kamu membaca Alquran sepanjang malam sampai tidak tidur?” Abdullah menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” 

Rasulullah menimpali, “Perbuatanmu itu baik sekali. Tetapi aku khawatir kamu akan jenuh membaca Alquran, terutama bila kamu telah tua nanti.” 

Nabi memberi saran, “Sebaiknya kamu membaca Alquran sampai khatam selama satu bulan. Kalau kamu bisa lebih cepat, khatam dalam sepuluh hari. Dan kalau bisa lebih cepat lagi, khatam dalam tiga hari.” Abdullah diam dan berusaha memahami saran-saran Nabi tersebut. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement