REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penularan Covid 19 di Jabar tak hanya terjadi pada orang dewasa. Namun, anak-anak pun tak luput dari virus yang cukup mematikan ini.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jabar, Nina Susana Dewi, berdasarkan data dari new all record (NAR), kasus positif Covid 19 pada anak usia nol sampai 18 tahun di Jabar pada 2020 sebanyak 17.119 kasus. Kemudian, pada 2021, ada 81.970 kasus.
"Jadi dari 2020 sampai tanggal 28 September 2021, totalnya ada 99.089 kasus," ujar Nina kepada Republika, Selasa (28/9).
Terkait kematian anak karena Covid 19, menurut Nina, dari data yang ada dengan berkoordinas bersama IDAI, anak yang meninggal karena Covid 19 sampai 27 September sebanyak 1.180 orang. Namun, data tersebut belum diolah meninggal karena komorbid atau apa.
Hanya saja, berdasarkan data beberapa tahun lalu, pernah dikaji anak yang meninggal karena ada komorbid seperti diabetes atau lekeumia. "Katanya gitu. Itu beberapa waktu lalu. Kami akan ada keja sama dengan IDAI agar data lebih pas meninggalnya karena apa," katanya.
Menurutnya, kasus anak positif dan meninggal karena Covid 19 berdasarkan data paling banyak terjadi pada remaja yakni mencapai 51 persen. Yakni, ada di usia 12 sampai 18 tahun.
Saat ditanya apakah kasus di Jabar terbanyak Se Indonesia, Nina mengatakan, kalau dengan data seperti ini memang benar. Walaupun ada provinsi lain yang lebih tinggi tapi kasus di Jabar memang cukup banyak.
"Ini data dari NAR. Tapi, kami belum liat ke lapangan apakah data yang masuk dari Puskesmas juga. Kalau NAR ini, data yang di entri Nakes dari berbagai faskes," katanya.
Nina menjelaskan, berbagai upaya dilakukan Pemprov Jabar untuk menekan kasus Covid 19 ke anak. Salah satunya, dengan menggencarkan vaksinasi ke anak.
"Kami terus bergerak kan kemarin vaknasi ke anak masih sedikit sekitar 25 persen jadi akan digalakan agar vaksinasi k anak bisa lebih tinggi," katanya.
Nina menduga, tingginya kasus Covid 19 pada anak salah satunya karena cakupan vaksinasinya masih rendah. "Yaa kemungkinan kasus anak tinggi salah satunya karena vaksin pada anak memang masih kurang," katanya.
Oleh karena itu, menurut Nina, Gubernur Jabar meminta agar vaksinasi pendidikan diprioritaskan ke sekolah-sekolah. "Sekolah, akan lebih dapat prioritas karena kan sampai ke bawah-bawah. Jadi lebih cepat jalur dan sasaranya. Anak kan sudah pasti divaksin kalau menyasar sekolah. Itu jadi strategi," kata Nina.