REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Salah satu negara Eropa yang memiliki populasi Muslim terbanyak adalah Jerman. Menurut laporan wadah pemikir Pew Research Center pada tahun 2017, Muslim membentuk kelompok agama minoritas terbesar di Jerman dengan sekitar lima juta orang. Jumlah tersebut mewakili sekitar 6,1 persen dari populasi Jerman.
Lebih dari separuh Muslim di Jerman, sekitar 63,2 persen berasal dari Turki dan Kurdi. Kedua kelompok tersebut diikuti oleh Muslim dari Pakistan, Bosnia, Albania, Afrika Utara, Levant, Iran, Irak, dan Afghanistan. Sebagian besar Muslim tinggal di ibu kota Berlin dan kota-kota besar bekas Jerman Barat.
Jika dilihat sejarahnya, Muslim pertama kali pindah ke Jerman sebagai bagian dari hubungan diplomatik, militer, dan ekonomi antara Jerman dan Kekaisaran Ottoman abad ke-18. Pada 1745, Frederick II dari Prusia mendirikan sebuah unit Muslim di tentara Prusia disebut Penunggang Muslim yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Bosnia, Albania, dan Tatar.
Pemakaman Muslim pertama di Jerman didirikan di Berlin pada 1798. Sementara Masjid Wünsdorf adalah masjid pertama di Jerman dan dibangun pada 1915 lalu dihancurkan pada 1925. Setelah Perang Dunia I, ada 3.000 Muslim di Jerman. Sebanyak 300 di antaranya adalah keturunan Jerman.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya 1961, Pemerintah Jerman Barat mengundang pekerja asing yang dikenal dengan Gastarbeiter. Dari kebijakan itu, jumlah populasi Muslim melonjak menjadi 4,3 juta dalam dua dekade. Kebanyakan dari mereka merupakan orang Turki dari daerah pedesaan Kurdi di Anatolia tenggara.
Pada 2010, Kementerian Pendidikan dan Penelitian Jerman menetapkan Studi Teologi Islam sebagai disiplin akademik di universitas negeri untuk melatih guru pendidikan agama Islam dan teolog Muslim. Sejak itu, departemen teologi Islam telah didirikan di beberapa universitas untuk melakukan penelitian dan pengajaran tentang Islam dari perspektif teologis.