REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika melihat sektor teknologi finansial akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Sektor ini masih dapat berkembang lebih luas lagi.
"Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia adalah sektor financial technology atau fintech yang ekspansi jangkauannya semakin luas, semakin tersebar," kata Menteri Kominfo, Johnny G. Plate, dalam keterangan pers, dikutip Kamis (30/9).
Johnny menilai pelaku industri teknologi finansial memiliki peluang yang besar karena masih ada persen populasi yang belum memiliki akses yang optimal ke layanan perbankan modern. Mengutip studi Outlook Industri Fintech di Asia Tenggara, Menteri Johnny mengestimasikan masih terdapatnya 50 persen populasi 6 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) yang belum memiliki rekening bank (underbanked population).
Kondisi seperti itu akan menimbulkan tantangan yang semakin besar, apalagi pelaku tekfin di Asia Tenggara juga diprediksi akan mengalami pemulihan ekonomi berupa K-shaped recovery. "Di mana perusahaan-perusahaan yang dianggap lebih sehat dan lebih berkualitas akan mampu mencapai valuasi yang lebih tinggi dalam menerima pendanaan lanjutan, sementara perusahaan-perusahaan yang dianggap berada pada spektrum yang berlawanan akan sulit menarik investasi untuk mendorong upaya pemulihan," kata Johnny.
Selain itu, industri tekfin lending menunjukkan prospek yang menjanjikan dari segi jangkauan pendanaan maupun besaran pendanaan. Menurut Kominfo, layanan tekfin lending menjangkau 27,2 juta masyarakat pada Agustus lalu atau 10 persen dari populasi. Sektor ini menyalurkan pinjaman total mencapai Rp 14,95 triliun tahun lalu, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berhasil menarik investasi tekfin terbesar kedua diantara enam negara ASEAN.
Investasi tersebut sebesar 178,48 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan 20 persen dari total investasi tekfin di kawasan ASEAN. Kominfo juga melihat banyak perusahaan tekfin di Indoensia yang semakin kuat dari segi pendanaan, mulai tahap pre-series, early stage hingga late stage.
Meski pun begitu, industri tekfin masih dibayangi ancaman di dunia maya seperti manipulasi korban dengan rekayasa sosial, peretasan informasi dengan metode sniffing dan modus money mule, yaitu pelaku meminta korban mengirimkan uang ke rekening orang lain. "Geliat ekonomi digital tidak hanya bermanfaat secara makro untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, namun juga bermanfaat secara fundamental untuk menjadi enabler bagi perekonomian yang lebih inklusif dan memberdayakan. Oleh karena itu, ekonomi digital menjadi bagian integral dari agenda transformasi digital nasional kita," kata Johnny.
Kominfo melihat perlu ada langkah antisipasi agar industri tekfin bisa tumbuh selaras dalam memperkuat ekosistem ekonomi digital di Indonesia.