Jumat 01 Oct 2021 14:53 WIB

NTP Naik, Kementan: Karena Musim Panen Raya

Panen raya hampir terjadi di semua sentra, terutama di Pulau Jawa.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah buruh tani memanen padi menggunakan sabit di areal persawahan desa Toabo, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (30/9/2021). Panen raya menjadi salah satu alasan naiknya nilai tukar petani pada September 2021.
Foto: Antara/Akbar Tado
Sejumlah buruh tani memanen padi menggunakan sabit di areal persawahan desa Toabo, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (30/9/2021). Panen raya menjadi salah satu alasan naiknya nilai tukar petani pada September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut komoditas Jagung, Beras dan Ketela Rambat menjadi kontributor kenaikkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan September 2021 yang mencapai 105,68 atau naik sebesar 0,96 persen. Ketiga komoditas tersebut dinilai berkontribusi pada angka NTP bulan ini karena dukungan berbagai program pemerintah untuk menjaga stabilitas produksi dan pasar.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan khusus komoditas jagung saat ini memang dalam kondisi panen raya, yang terjadi hampir di semua sentra. Terutama di beberapa pulau Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten.

Baca Juga

"Begitu juga dengan kondisi di luar pulau jawa yang sedang panen raya di mana-mana. Pulau Sulawesi dan Kalimantan adalah dua provinsi sentra yang menghasilkan produksi jagung dalam skala besar. Kami senang komoditas ini berkontribusi positif terhadap kesejahteraan," katanya dalam Siaran Pers, Jumat (1/10).

Kuntoro berharap pemerintah pusat dan daerah bisa menjaga momentum seperti ini melalui dukungan terhadap para petani yang sedang berproduksi. Sebab hanya dengan cara itu sektor pertanian tetap tumbuh.

"Sektor pertanian sangat berkaitan dengan kesejahteraan dan angka kemiskinan. Tentu kami mengajak semua komponen bangsa menjaga harga dan monentum baik ini agar tetap berlanjut dan berdampak besar pada kesejahteraan petani," katanya.

Sebelumnya Kepala BPS Margo Yuwono, kenaikan NTP disebabkan karena subsektor Tanaman Pangan meningkat 1,14 persen, dimana indeks yang diterima petani naik sebesar 1,05 persen. Adapun komoditas yang dominan dalam kenaikan tersebut diantaranya adalah harga gabah, harga jagung dan harga ketela rambat.

Selain itu, nilai NTP pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat juga mengalami kenaikan sebesar 2,12 persen, dimana indek yang diterima petani naik 2,17 persen. Adapun produk yang dominan dalam kenaikan ini di antaranya adalah kelapa sawit, karet dan kakao.

Menurut Margo, hal serupa juga terjadi pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) bulan September 2021 yang mencapai 105,58 atau naik sebesar 0,74 persen jika dibandingkan agustuan 2021.

"Sama seperti NTP, kenaikan NTUP juga disumbang Tanaman Pangan yang mencapai 98,65 atau naikn 0,87 persen. Kemudian tanaman perkebunan rakyat mencapai125,38 atau naik 1,90 persen," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement