Sabtu 02 Oct 2021 05:34 WIB

Generasi 2020 Diprediksi Rasakan Dampak Iklim Ekstrem

Generasi kelahiran 2020 akan alami hingga tujuh kali peristiwa dampak iklim ekstrem.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Generasi kelahiran 2020 akan alami hingga tujuh kali peristiwa dampak iklim ekstrem.
Foto: DAN PELED/EPA-EFE
Generasi kelahiran 2020 akan alami hingga tujuh kali peristiwa dampak iklim ekstrem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, para peneliti mengatakan, anak-anak yang lahir pada 2020 akan mengalami dua hingga tujuh kali lebih banyak peristiwa iklim ekstrem, dibandingkan mereka yang lahir pada 1960. Peristiwa yang meliputi gelombang panas, kekeringan, gagal panen, banjir, kebakaran hutan, dan siklon tropis, kemungkinan akan meningkat dalam frekuensi, intensitas, dan durasi. Hal itu tentu dikarenakan tingkat pemanasan global saat ini dan kurangnya kebijakan internasional untuk melakukan pencegahan.

“Seiring berlalunya waktu sementara risiko semakin meningkat, generasi muda diharapkan menyadari akan keselamatan mereka yang sangat terancam oleh perubahan iklim," tulis studi tersebut, dikutip people, Jumat (1/10).

Baca Juga

Para peneliti menyimpulkan temuan mereka itu menggunakan data dari Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim 2021. Melalui analisis informasi mereka, para ilmuwan dapat menentukan bahwa seorang anak yang berusia 6 tahun pada 2020 akan mengalami gelombang panas 36 kali lebih banyak daripada orang yang lahir pada 1960.

Peneliti kemudian membandingkan bencana iklim lainnya, dan data yang sama mengejutkan. Anak-anak diperkirakan akan menghadapi dua kali lebih banyak angin topan dan kebakaran hutan, tiga kali lebih banyak alami banjir, empat kali lebih banyak alami gagal panen, dan lima kali lebih banyak alami kekeringan.

Studi tersebut merujuk pada temuan tidak menyenangkan, yang memaparkan peristiwa ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. Usia bukan satu-satunya faktor yang dibandingkan para ilmuwan dalam studi mereka, mereka juga melihat wilayah dan pendapatan yang berbeda serta bagaimana pengaruhnya terhadap generasi yang berbeda.

Untuk orang berusia di bawah 25 tahun yang tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara pada 2020, mereka cenderung menghadapi peristiwa iklim yang lebih ekstrem daripada wilayah lain. Sementara generasi muda di negara-negara berpenghasilan rendah, akan mengalami lebih banyak peristiwa daripada di negara-negara kaya.

Berita tentang penelitian ini muncul saat KTT Youth4Climate dimulai di Milan, Italia, dimana para aktivis muda berkumpul untuk membahas perubahan iklim dan perubahan yang dapat ditindaklanjuti. Greta Thunberg (18) telah mengatakan dengan berapi-api bahwa tindakan para pemimpin dunia terhadap krisis tersebut masih sangat kurang. 

"Inilah yang kami dengar dari apa yang disebut para pemimpin kami. Kata-kata yang terdengar hebat tetapi sejauh ini tidak menghasilkan tindakan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement