REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Misinformasi yang berkembang di tengah warga Amerika Serikat yang tidak mau divaksinasi saat ini semakin parah. Padahal, negaranya di tengah didera gelombang serangan varian delta.
Seorang pasien Covid-19 yang kadar oksigennya rendah pun masih tak percaya dengan diganosis dokter. Ia menyangkal Covid-19 benar-benar ada dengan menuduh dokter memanipulasi kondisinya dan membuatnya tak bisa ditemani sang istri di rumah sakit.
Pasien di rumah sakit Michigan itu lalu mengancam untuk pulang paksa. Saking banyaknya pasien seperti ini, para dokter pun frustrasi.
"Silakan saja kalau mau keluar dari rumah sakit, tapi Anda bisa kehilangan nyawa sebelum bisa mencapai mobil," kata dr Matthew Trunsky, salah satu dokter yang diminta Associated Press untuk mengungkap jenis informasi yang salah dan penyangkalan terhadap Covid-19 yang dilihatnya setiap hari dan bagaimana ia meresponsnya.
Berikut kumpulan kisah dokter-dokter di Amerika Serikat yang bergelut dengan misinformasi Covid-19.
Ivermectin
Salah satu misinformasi yang paling populer ialah soal khasiat ivermectin. Para dokter mendapati pasien memaksanya untuk meresepkan obat parasit hewan ivermectin. Mereka malah dimaki pasien setelah menjelaskan bahwa ivermectin bukan obat yang aman untuk diberikan dalam kasus Covid-19.
Microchip dalam vaksin
Sementara itu, seorang dokter keluarga di Illinois pernah berhadapan dengan pasien yang meyakini bahwa microchip tertanam dalam vaksin. Pasien tersebut menyebut bahwa vaksinasi sebagai bagian dari taktik untuk mengambil alih DNA orang.
Kandungan vaksin
Dr. Vincent Shaw mengatakan bahwa beberapa pasiennya tidak menginginkan vaksin Covid-19 karena mereka tidak tahu zat apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Dokter keluarga yang praktik di Baton Rouge, Louisiana itu kemudian memberi perbandingan sederhana dengan menyodorkan biskuit merek Twinkie.
Dr Shaw memperlihatkan daftar bahan biskuit Twinkie dan meminta pasiennya tersebut untuk menjelaskannya satu per satu. Ia mencoba menggugah pasiennya bahwa orang yang tak mengerti kandungan biskuit itu pun tetap mengonsumsi biskuit yang telah mendapat sertifikat dari Food and Drugs Administration tersebut.
"Lihat bagian belakang kemasannya, apakah Anda bisa mengucapkan semua bahan kue itu? Saya punya gelar kimia, tetapi saya pun masih tidak tahu apa itu," kata dr Shaw, dilansir Fox News, Selasa (5/10).
Dr Shaw juga sering mendengar pasien mengatakan kepadanya bahwa mereka belum melakukan penelitian yang cukup tentang vaksin. Ia menyerukan pasiennya agar yakin bahwa para pengembang vaksin telah melakukan pekerjaan rumah mereka.
Argumentasi pasien lain membuat dr Shaw tidak bisa berkata-kata. Pasien tersebut tidak bisa mengerti mengapa vaksin Covid-19 diberikan secara gratis.