Ahad 10 Oct 2021 17:27 WIB

Ilmuwan Gunakan Komputasi Kuantum untuk Cari Alien

Zapata Computing menyediakan perangkat lunak kuantum untuk mencari kehidupan alien.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta (ilustrasi).
Foto: www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komputer kuantum membantu para peneliti dalam menjelajahi alam semesta untuk mencari kehidupan di luar Bumi. Dilansir dari ZDNET, Kamis (7/10), Zapata Computing, yang menyediakan layanan perangkat lunak kuantum, telah mengumumkan kemitraan baru dengan University of Hull di Inggris.

Kemitraan ini akan membantu para ilmuwan untuk membantu mendeteksi molekul di luar angkasa yang dapat menjadi pendahulu kehidupan. Selama program delapan pekan, sumber daya kuantum akan digabungkan dengan alat komputasi klasik untuk menyelesaikan perhitungan kompleks dengan akurasi yang lebih baik.

Baca Juga

Tujuan akhirnya adalah mengetahui apakah komputasi kuantum dapat memberikan dorongan yang berguna untuk pekerjaan ahli astrofisika, terlepas dari keterbatasan teknologi saat ini.

Mendeteksi kehidupan di luar angkasa adalah tugas yang rumit. Biasanya, astrofisikawan memperhatikan cahaya, yang dapat dianalisis melalui teleskop.

Diketahui, radiasi infra merah yang dihasilkan oleh bintang-bintang terdekat- sering berinteraksi dengan molekul di luar angkasa. Ketika itu terjadi partikel bergetar, berputar dan menyerap sebagian cahaya, meninggalkan tanda khusus pada data spektrum yang dapat diambil para ilmuwan di Bumi.

Masalahnya? Peneliti MIT sebelumnya telah menetapkan bahwa lebih dari 14 ribu molekul dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan di atmosfer eksoplanet. Dosen senior dalam fisika molekuler dan astrokimia di University of Hull David Benoit mengatakan selama dua dekade para peneliti telah menggunakan cara klasik untuk mencoba dan memprediksi tanda-tanda tersebut. Sayangnya, metode ini lama dan melelahkan. 

“Pada komputer klasik, kita dapat menggambarkan interaksi, tetapi masalahnya adalah ini merupakan algoritme faktorial, yang berarti bahwa semakin banyak elektron yang Anda miliki, semakin cepat masalah Anda akan berkembang,” kata Benoit kepada ZDNET.

Tidak seperti komputer klasik, sistem kuantum dibangun di atas prinsip-prinsip mekanika kuantum-yang mengatur perilaku partikel ketika mereka diambil pada skala terkecil mereka. Hal ini mendorong Benoit untuk mendekati Zapata dengan “ide gila”: menggunakan komputer kuantum untuk memecahkan masalah kuantum kehidupan di luar angkasa.

“Sistemnya adalah kuantum, jadi alih-alih menggunakan komputer klasik yang harus mensimulasikan semua hal kuantum, Anda dapat mengambil benda kuantum dan mengukurnya untuk mencoba dan mengekstrak data kuantum yang kita inginkan,” jelas Benoit.

Komputer kuantum dapat memungkinkan perhitungan akurat. Data yang diekstraksi dari perhitungan kuantum tentang perilaku elektron kemudian dapat dikombinasikan dengan metode klasik untuk mensimulasikan tanda molekul yang menarik di ruang angkasa, ketika berinteraksi dengan cahaya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement