Kamis 14 Oct 2021 17:57 WIB

Sedekah Jadi Konten di Youtube, Begini Kata Sekjen MUI

Sedekah terang-terangan atau diam-diam kuncinya adalah ikhlas

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Sedekah terang-terangan atau diam-diam kuncinya adalah ikhlas. Ilustrasi sedekah
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Sedekah terang-terangan atau diam-diam kuncinya adalah ikhlas. Ilustrasi sedekah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sedekah merupakan amalan mulia yang dianjurkan dalam Islam dan selalu dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Tapi belakangan, amalan ini dibuat oleh beberapa konten kreator sebagai tontonan di video miliknya dan disebarkan melalu berbagai platform. 

Bagaimanakah Islam memandang tindakan sedekah yang diperlihatkan terang-terangan seperti ini? Bagaimana aturan Islam terkait sedekah? 

Baca Juga

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, mengatakan sedekah dalam berbagai bentuk bisa dilakukan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 274. 

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  

Artinya, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” 

Menurutnya, dua cara itu boleh dilakukan dengan syarat ikhlas memberi karena Allah SWT. “Ada dua cara sedekah, pertama dengan terang terangan, kedua dengan sembunyi-sembunyi atau sirran wa ‘ala niyyah. Yang penting adalah ikhlas,” katanya.  

Buya Amirsyah juga menjelaskan, yang perlu diperhatikan dalam bersedekah juga adalah proses penyaluran dan proses mendapatkan dana sedekah tersebut. Sedekah baik dalam bentuk zakat, infak atau wakaf harus benar dalam proses distribusi dan perolehan dana. 

Dia juga menyoroti soal pundi-pundi uang yang diterima konten kreator dari platform-platform media sosial haruslah berasal dari yang baik dan tidak melanggar syariat.

Kreator tidak mengambil uang dari iklan-iklan yang diharamkan seperti iklan minuman keras atau judi. “Jadi dia (harta sedekah) halal dalam arti administrsai dan goiru dzat. di luar dzat itu termasuk perilakunya, pengelolaannya, peyalurannya. Supaya dana yang kita peroleh itu berkah,” terangnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement