Ahad 17 Oct 2021 14:47 WIB

BI Sampaikan Pentingnya Exit Policy Pandemi

IMF memproyeksikan perekonomian global tumbuh sebesar 5,9 persen pada tahun 2021

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya pelaksanaan exit strategy yang well calibrated, well planned, dan well communicated untuk memastikan seluruh negara dapat pulih secara bersama-sama. Hal tersebut dibahas dalam rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank). (ilustrasi)
Foto: Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya pelaksanaan exit strategy yang well calibrated, well planned, dan well communicated untuk memastikan seluruh negara dapat pulih secara bersama-sama. Hal tersebut dibahas dalam rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemulihan perekonomian global terus berlanjut meskipun masih terdapat kesenjangan antar negara. Kesenjangan tersebut akibat perbedaan akses terhadap vaksin dan ruang untuk dukungan kebijakan.

Secara global pemulihan menghadapi berbagai faktor risiko. Terutama kekhawatiran cepatnya penyebaran varian Delta dan kekhawatiran munculnya varian virus baru yang lebih agresif, sehingga ketidakpastian outlook perekonomian meningkat.

Baca Juga

Selain itu, perubahan iklim dan reformasi digital juga muncul sebagai tantangan besar secara global. IMF berkomiten untuk terus mendukung negara-negara anggotanya untuk menghadapi tantangan yang berkembang.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya pelaksanaan exit strategy yang well calibrated, well planned, dan well communicated untuk memastikan seluruh negara dapat pulih secara bersama-sama. Hal tersebut dibahas dalam rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank).

Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 yang diselenggarakan secara hybrid pada tanggal 11-15 Oktober 2021 tersebut dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.

IMF memproyeksikan perekonomian global tumbuh sebesar 5,9 persen pada tahun 2021. Kemudian mengalami moderasi pertumbuhan ke 4,9 persen pada tahun 2022.

Revisi ke bawah pertumbuhan 2021 mencerminkan penurunan pertumbuhan di negara maju, karena adanya disrupsi pasokan, dan di negara low-income developing, karena memburuknya dinamika pandemi. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan akan ditopang oleh menguatnya prospek jangka pendek negara eksportir komoditas dari kelompok negara berkembang.

Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 pada 13 Oktober 2021 yang merupakan bagian dari rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank, delegasi Bank Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyampaikan pentingnya upaya global untuk mengatasi pandemi dan melanjutkan reformasi struktural guna mendorong pemulihan ekonomi yang lebih resilien, berkelanjutan dan inklusif.

Pada kesempatan tersebut Deputi Gubernur BI juga menyampaikan pentingnya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Di tengah ketidakpastian perkembangan pandemi dan kenaikan inflasi di negara maju yang berpotensi menimbulkan efek rambatan kepada negara berkembang.

Untuk itu, diperlukan koordinasi dan komunikasi kebijakan pada tataran global untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap perkembangan dan kebijakan yang diimplementasikan. Dalam kesempatan tersebut Dody juga menyampaikan pentingnya melanjutkan upaya bersama dalam meningkatkan efisiensi cross border payment dan melanjutkan diskusi mengenai dimensi makrofinansial dan aspek interoperability dari Central Bank Digital Currency.

Indonesia juga menyampaikan dukungan terhadap program IMF guna membantu negara miskin dan rentan dalam mengatasi pandemi dan mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi. Pada kesempatan tersebut, Menteri Keuangan RI menyampaikan rencana Presidensi G20 Indonesia yang akan mengangkat tema 'Recover Together and Recover Stronger' untuk mengatasi tantangan global dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan yang berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas, resiliensi, stabilitas, ekonomi hijau, dan ekonomi inklusif.

Presidensi G20 Indonesia akan mengusung enam topik prioritas pada finance track G20. Yaitu exit strategy to support recovery, addressing scaring effect to secure future growth, payment system in digital era, sustainable finance, financial inclusion dan international taxation.

Presidensi G20 Indonesia juga akan melanjutkan pembahasan beberapa topik legacy seperti global economy and risk monitoring, global financial safety net, capital flows, data gap initiative, financial sector regulation, debt sustainability, infrastructure investment, multilateral development banks, pandemic preparedness, dan compact with Africa.

 

Delegasi Indonesia juga melakukan serangkaian pertemuan dengan beberapa negara G20 untuk menjelaskan rencana Presidensi G20 Indonesia dan juga memperoleh dukungan untuk kelancaran pelaksanaan Presidensi pada tahun 2022. Presidensi G20 Indonesia pada finance track yang diwakili oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan dimulai dengan pertemuan Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) pada 9-10 Desember 2021 di Bali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement