Senin 18 Oct 2021 22:05 WIB

Stok BBM di Jateng-DIY Tipis, Pertamina: Ada 26 SPBU Nakal

Pertamina menyatkaan telah menjatuhkan sanksi kepada 26 SPBU nakal tersebut.

Unit Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho mengatakan Pertamina berkomitmen untuk menyalurkan bahan bakar mesin (BBM) bersubsidi jenis Solar untuk masyarakat, khususnya untuk nelayan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) di Kendal.
Foto: Pertamina
Unit Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho mengatakan Pertamina berkomitmen untuk menyalurkan bahan bakar mesin (BBM) bersubsidi jenis Solar untuk masyarakat, khususnya untuk nelayan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) di Kendal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan lalu, masyarakat kesulitan mendapatkan BBM di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah. Pertamina mengatakan, hal ini disinyalir karena ada sejumlah SPBU yang nakal.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina Persero Brasto Galih Nugroho menjelaskan salah satu penyebab adanya kelangkaan solar karena ada 26 SPBU di Jateng dan DIY yang memang menyalahi aturan dalam penyaluran solar subsidi.

Baca Juga

“Hingga Oktober, terdapat 26 SPBU di Jawa Tengah dan DIY yang telah diberikan sanksi berupa penghentian suplai atau penutupan sementara, maupun sanksi seperti penggantian selisih harga jual solar subsidi akibat melakukan penyaluran yang tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku. Penyelewengan yang dilakukan misalkan adalah transaksi yang tidak wajar, pengisian jerigen tanpa surat rekomendasi, dan pengisian ke kendaraan modifikasi,” ujar Brasto, Senin (18/10).

Selain itu, kata Brasto memang dari sisi konsumsi BBM masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini membuat Pertamina harus meminta kepada BPH Migas untuk menambah jatah volume solar subsidi.

“Bahkan untuk Solar subsidi konsumsi harian sejak September mengalami peningkatan 17 persen dibandingkan rerata harian di periode Januari sampai Agustus 2021 di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Pertamina berkomitmen untuk memenuhinya dan paralel kami akan berkoordinasi dengan BPH Migas untuk penambahan kuota Solar subsidi,” jelas Brasto.

Ia memerinci, peningkatan konsumsi BBM sektor retail Pertamina yang tercatat secara wilayah Jawa Tengah dan DIY pada kuartal 3 (Q3) tahun 2021 mencapai sekitar 4,4 juta kilo liter (KL), meningkat 6 persen dibandingkan Q3 tahun 2020. Untuk BBM gasoline (bensin), ada peningkatan sekitar 4 persen, dan untuk gasoil (diesel), bahkan mencapai 11 persen.

Dibandingkan periode awal PPKM, saat ini permintaan BBM eceran meningkat 20 persen. Sedangkan, industri pertambangan meningkat 78,3 persen, sektor migas 60 persen dan sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) mencapai 114 persen.

Pertamina Patra Niaga terus memastikan stok maupun proses penyaluran (supply chain) aman berjalan dengan baik. Pertamina juga memastikan kecukupan dan distribusi solar subsidi, mengoptimalkan produksi kilang, serta melakukan monitoring penyaluran agar tepat sasaran antara lain dengan sistem digitalisasi dan pemantauan secara real time melalui Pertamina Integrated Command Centre (PICC). Dalam proses penyalurannya pun, Pertamina Patra Niaga juga mematuhi regulasi dan ketetapan pemerintah yang berlaku.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement