Senin 18 Oct 2021 23:30 WIB

Luhut akan Minta Produsen Obat Covid-19 Bangun Pabrik di RI

Luhut tengah berada di AS untuk penjajakan kerja sama terkait obat Covid-19.

Pil eksperimental Molnupiravir produksi Merck tengah menunggu izin penggunaan darurat dari FDA. Jika disetujui, Molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.
Foto: EPA
Pil eksperimental Molnupiravir produksi Merck tengah menunggu izin penggunaan darurat dari FDA. Jika disetujui, Molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin tengah berada di Amerika Serikat untuk melakukan penjajakan beberapa alternatif obat Covid-19 dari beberapa produsen. Penjajakan dilakukan bukan sekadar untuk jadi pembeli, melainkan juga untuk kerja sama investasi dan produksi di Indonesia.

"Saya dapat sampaikan bahwa kita tidak ingin hanya sekadar menjadi pembeli, kita harapkan produsen obat tersebut melakukan kerja sama, melakukan investasi dan produksinya di Indonesia," kata Menko Luhut Pandjaitan dalam konferensi pers daring yang dipantau di Jakarta, Senin (18/10).

Baca Juga

Luhut menjelaskan, dirinya dan Menkes Budi Sadikin akan melakukan pertemuan dengan Merck mengenai obat Molnupiravir. Selain Molnupiravir dari Merck, saat ini terdapat obat Proxalutamide yang sedang dalam tahap uji klinis ketiga di Indonesia dan sedang berproses di BPOM.

Alternatif lain adalah AT-527 yang dikembangkan oleh Roche and Athea. Ketiga obat tersebut menunjukkan potensi untuk menjadi obat Covid-19.

"Itu akan kita temui mereka hari Rabu di New York. Kalau itu benar (obat Covid-19), kita akan minta pabriknya dibuat di Indonesia. Dan dari apa yang kami lihat, peluang itu sangat ada," kata Menko Luhut.

Menko Luhut menuturkan upaya tersebut merupakan salah satu langkah mitigasi yang disiapkan pemerintah apabila terjadi gelombang ketiga Covid-19 akibat libur Natal dan Tahun Baru. Mobilitas masyarakat saat momentum libur Natal-Tahun Baru yang diyakini akan meningkat hingga menurunnya efek imunitas pascavaksinasi juga dikhawatirkan bisa memicu gelombang ketiga di Tanah Air pada akhir hingga awal tahun.

Selain obat, gencarnya vaksinasi, penggunaan aplikasi PeduliLindungi yang terus ditingkatkan, hingga kesadaran masyarakat akan jadi langkah untuk bisa memitigasi gelombang ketiga. "Per hari ini kita laporkan kasus kita tinggal 18 ribuan seluruh Indonesia, kasus aktif. Kalau trennya tiap hari 1.000 turun, sembuh, kita lihat di 20 hari ke depan sudah harus turun (kasus aktifnya)," kata Luhut.

Luhut juga mengingatkan agar terus meningkatkan kewaspadaan di sekolah-sekolah, terutama terhadap siswa yang belum divaksinasi "Itu jangan sampai tertular karena kita belajar dari negara lain, seperti Israel, itu Covid-19 masuk lagi dari anak-anak sekolah. Saya kira langkah-langkah menyeluruh sudah kita lakukan," ujar Luhut.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement