REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Surabaya Teguh Tri Susanto mengungkapkan, penyebab terjadinya hujan es yang mengguyur madiun pada Ahad (17/10). Teguh mengatakan, hujan es di Madiun diperkirakan berasal dari peristiwa munculnya awan kumulonimbus.
Wujud es yang menghujani Madiun berbentuk butiran kristal. Es yang mengguyur sejumlah kawasan Madiun tersebut memiliki garis tengah kurang dari 5 milimeter dengan cakupan luas sekitar 3 sampai 5 kilometer.
Namun demikian, kata Teguh, pada umumnya durasi hujan es terjadi dalam kurun waktu yang relatif singkat, yakni sekitar 3 sampai 5 menit saja. "(Hujan es) berasal dari awan kumulonimbus," kata Teguh dikonfirmasi Selasa (19/10).
Teguh menjelaskan kemunculan awan kumolonimbus menjadi penyebab fenomena hujan es tersebut. Yakni karena adanya aliran udara yang naik dalam awan kumulonimbus yang sangat kuat atau kerap disebut dengan updraft. Hal itu mengakibatkan awan kian tumbuh dengan ketinggian sekitar 5 kilometer, bahkan lebih.
Ketika uap air pada bagian bawah awan tertarik ke atas melintasi lapisan titik beku atau freezing level, maka terjadi pengembunan secara spontan. Kemudian terjadi proses pembentukan es dengan ukuran yang sangat besar dan akan jatuh pada sisi bawah awan. Lalu, es itu akan meluruh dan jatuh ke permukaan bumi.
"Masih ada yang berbentuk es, butiran es tidak sepenuhnya mencair," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Mohammad Syahrowi mengungkapkan, hujan es dan angin kencang melanda sejumlah daerah di Madiun, Jawa Timur. Hujan es tersebut mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak dan pohon roboh. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Hanya saja menimbulkan kerugian material yang ditaksir mencapai Rp 23 juta.