REPUBLIKA.CO.ID, ACEH BESAR -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke Dayah Yayasan Al Ikhlas Hidayatullah Aceh Besar dan menyempatkan waktu menyapa santri sekaligus shalat magrib berjamaah di lokasi yang berlamat di Desa Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (19/10).
Sandiaga diterima langsung di kantor yayasan oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Aceh Muhammad Chofadz, pimpinan Dayah Yayasan Al Ikhlas Hidayatullah Aceh Ahmad Syakir beserta jajaran dan turut juga Geuchik (kepala desa) Gampong (kampung) Nusa Muhammad Yasin.
Dalam kesempatan berdialog dengan santri, Sandiaga berharap santri untuk terus turut menjadi bagian dari program Santri Digitalpreneur dan mendorong beradptasi sesuai perkembangan zaman khususnya digital.
"Sangat bisa dan ditunggu pada pendaftaran berikutnya, mudah-mudahan dari Yayasan Al Ikhlas Hidayatullah Aceh Besar bisa berpartisipasi ikut programnya dan ikut terbang ke Jakarta," kata Sandiaga dalam dialog bersama santri yang menanyakan mengenai kepesertaan Santri Digitalpreneur.
Program terobosan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sendiri ini ditujukan bagi peningkatan kapasitas santri dalam menghadapi tantangan industri dunia kreatif.
Sandiaga juga memotivasi santri untuk selalu semangat dan disiplin. Ia membagikan kiat suksesnya sebagai pengusaha dengan puluhan ribu karyawan. Ia memberikan tips yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. "Priotitas utama adalah ibadah," imbuhnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Sementara itu, pimpinan Dayah Yayasan Al Ikhlas Hidayatullah Aceh Besar Ustasz Ahmad Syakir meyampaikan terima kash kepada Sandiaga telah meluangkan waktunya datang di sela kunjungan dinasnya ke Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Syakir menyebutkan, pondok ini telah berdiri sejak tahun 1998 dan ketika terjadi mega tsunami 2004 pesantren ini menjadi kamp pengungsian warga terdampak tsunami. Kini pondok mengasuh 105 santri penghafal Alquran.
"Tidak saja dididik Aliyah, namun juga dipersiapkan menempuh studi lebih lanjut dan setelah mereka selesai kembali untuk membangun kampung halamannya," katanya.