REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) memperlihatkan bahwa pemesanan perjalanan wisata dari wisatawan domestik kini sudah mencapai sekitar 40 persen dari kondisi normal. Dengan kata lain, meningkat hingga dua kali lipat dari kondisi sebelum adanya kebijakan pelonggaran.
Penyedia layanan hospitality, OYO, melalui keterangannya pada Kamis (21/10) menilai kenaikan ini merupakan salah satu dampak dari berbagai stimulus dan kebijakan yang dilakukan pemerintah, seiring dengan peningkatan angka vaksinasi dan kebiasaan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan. "Kami juga melihat arus wisatawan lokal yang berangsur mulai kembali, serta membawa perubahan perilaku yang membuat industri harus terus beradaptasi," kata Country Head OYO Hotels and Homes Indonesia, Agus Hartono Wijaya.
Agus mengatakan, pihaknya terus berusaha untuk mendukung percepatan transformasi digital industri pariwisata di Indonesia melalui ragam inovasi dan teknologi yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan pelanggan. "Sebagai salah satu perusahaan tech-hospitality yang menyediakan platform dua arah bagi patron dan konsumen, kami optimistis dan siap mendukung transformasi digital industri pariwisata di Indonesia dalam momentum kembalinya aktivitas pariwisata di Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut, terdapat sejumlah perubahan preferensi masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata saat dan pasca pandemi Covid-19. Pertama adalah preferensi perjalanan domestik, di mana destinasi wisata di kawasan terpencil dan tidak banyak kerumunan menjadi preferensi baru wisatawan, karena dinilai lebih dapat memberikan faktor keamanan dan kenyamanan dalam berwisata di tengah pandemi. Lebih lanjut adalah staycation di hotel bujet dengan gaya unik.
"Hotel-hotel boutique dengan kapasitas yang lebih kecil ini akan lebih diminati karena dapat memberikan rasa aman dan nyaman ketika berlibur pasca Covid-19 dikarenakan pelanggan dapat menghindari kerumunan orang demi menjaga jarak sosial dan higienitas saat menginap," jelas Agus.
Selain itu, OYO juga melihat tiga faktor utama yang menjadi kunci dalam momentum pemulihan sektor pariwisata. Pertama adalah peran teknologi yang semakin krusial, mengingat kini masyarakat lebih senang dengan opsi tanpa kontak fisik (contactless) untuk melakukan pemesanan. Selanjutnya, Agus menilai pelaku industri pariwisata dan perhotelan perlu bersiap untuk berkolaborasi menjadi sebuah ekosistem yang lebih kuat dan lebih tangguh pasca pandemi.
Terakhir, adalah pentingnya keberlanjutan pariwisata ramah lingkungan pasca pandemi. "Selama pandemi, kita dapat melihat pulihnya lingkungan dari polusi dampak kegiatan manusia, baik itu air sungai yang kembali jernih, atau langit yang lebih cerah," kata Agus.
Menurut dia, efek samping yang positif ini bisa meninggalkan kesan yang cukup positif bagi masyarakat di seluruh dunia. "Hal ini memperlihatkan pentingnya solusi dan inovasi berkelanjutan yang ramah lingkungan bagi seluruh industri, termasuk pariwisata," ujarnya.