REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asli Papua Ustadz Muhammad Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan menyebut hingga kini masih banyak yang memandang seorang santri dengan citra negatif. Pandangan buruk ini tetap dipercaya sebagian orang meskipun kiprah santri sudah dikenal dari dulu hingga kini.
“Masih ada yang melihat santri dengan pandangan negatif. Mereka berpikir orang dari pesantren itu menghasilkan hal-hal yang negatif terhadap bangsa dan negara. Padahal sesungguhnya itu (pandangan) tidak ada dalam benak santri di seluruh Indonesia,” katanya kepada Republika.co.id, Kamis (21/10).
Menurutnya, anggapan tersebut adalah hasil dari ketidakmampuan melihat potensi santri selama ini. Ustadz Fadlan yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), Papua ini juga menjelaskan peringatan hari santri setiap 22 Oktober akan mengingatkan peran santri di tengah masyarakat. Peran pentingnya sejak masa perjuangan melawan penjajahan, hingga dalam upaya merawat perdamaian saat ini.
Dia menambahkan dari dulu santri itu aman, santri seperti di desa-desa akan tampil mengantarkan jiwa bangsa Indonesia sesuai amanah 'bangunlah jiwa dan bangunlah badannya'. Santri adalah garda terdepan mencerdasakan dari kebodohan, kekeliruan dan kesalahan.
"Disitulah peran para santri, bahkan ia menjadi garda terdepan untuk menjamin kelangsungan hidup negara, baik di gunung, di lembah, di sungai atau di manapun santri menetap,” ujarnya.