Rabu 27 Oct 2021 00:55 WIB

Heboh Bunga Bangkai di Cipete, Ini Kata Ahli

Bunga di rumah warga Cipete berbeda dengan bunga yang tumbuh di Cibodas.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga menunjukkan bunga bangkai (Amorphophallus paeonifolius) yang tumbuh di pekarangan rumahnya, Cipete, Jakarta, Selasa (12/10/2021). Bunga yang tumbuh di pekarangan rumah warga itu mengeluarkan bau menyengat dan menjadi pusat perhatian warga sekitar.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Warga menunjukkan bunga bangkai (Amorphophallus paeonifolius) yang tumbuh di pekarangan rumahnya, Cipete, Jakarta, Selasa (12/10/2021). Bunga yang tumbuh di pekarangan rumah warga itu mengeluarkan bau menyengat dan menjadi pusat perhatian warga sekitar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bunga mirip bunga bangkai yang ditemukan di halaman rumah seorang warga di Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan diyakini sebagai salah satu jenis tumbuhan dari suku talas-talasan. Menurut peneliti dari Yayasan Botani Tropika Indonesia (Botanika), sekaligus Kurator di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB), Arifin Surya Dwipa Irsyam, jenis bunga bangkai yang ditemukan di Cipete adalah suweg atau Amorphophallus paeoniifolius.

Jenis ini berbeda dengan bunga bangkai raksasa atau Amorphophallus titanum yang tumbuh di Kebun Raya Cibodas. Secara alami, Arifin mengatakan bahwa suweg tumbuh di Sumatra, Jawa, Bali, dan Lombok. Jenis ini biasa ditemukan tumbuh liar maupun ditanam secara sengaja di tanah yang ada di Pulau Jawa. 

Baca Juga

“Kenapa bisa tumbuh secara liar, karena Pulau Jawa merupakan salah daerah sebarannya di Indonesia,” ujar Arifin kepada Republika.co.id, Senin (25/10). 

Arifin mengatakan bahwa bunga bangkai suweg bisa tumbuh berkali-kali di tempat yang sama. Hal ini dikarenakan Amorphophallus paeoniifolius memiliki umbi yang tersimpan di dalam tanah. 

Bahkan, di Madura, menurut Arifin, suweg bisa tumbuh liar di sepanjang jalan, kebun, maupun lahan yang terbengkalai. Meski demikian, jenis bunga bangkai ini sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat karena memiliki umbi. 

“Umbi ini bisa dimakan, namun harus dicuci dengan bersih karena mengandung kristal kalsium oksalat,” jelas Arifin. 

Arifin mengatakan bahwa untuk mengolah umbi dari suweg dapat dilakukan dengan cara dikukus. Krisral kasium oksalat adalah bentuk persenyawaan antara kalsium dan asam oksalat yang tersebar di seluruh bagian tanaman seperti batang, daun, bunga, buah, dan biji, di mana jika dikonsumsi manusia dapat terbentuk senyawa yang tak dapat diserap oleh tubuh. 

Selain itu, Arifin mengatakan jika tidak ingin suweg tumbuh kembali, seperti saat tumbuh di rumah warga yang mengganggu lingkungan karena aroma busuk yang dihasilkan bunga, maka umbinya dapat diambil. Ia menyebut bahwa saat melakukannya, harus dipastikan seluruh bagian umbi dapat diambil. 

“Karena jika ada potongan umbi yang masih tertinggal, maka nanti masih dapat tumbuh menjadi individu baru,” kata Arifin.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement