Rabu 27 Oct 2021 13:25 WIB

Militer Sudan Bebaskan PM Abdalla Hamdok

Militer Sudah telah menggulingkan pemerintahan PM Abdalla Hamdok.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstrasi di Khartoum, Sudan untuk menentang kudeta militer terjadi pada Senin (25/10). Jenderal tinggi Sudan Abdel Fattah al-Burhan menjelaskan alasan dilakukannya kudeta.
Foto: EPA/Mohammed Abu Obaid
Demonstrasi di Khartoum, Sudan untuk menentang kudeta militer terjadi pada Senin (25/10). Jenderal tinggi Sudan Abdel Fattah al-Burhan menjelaskan alasan dilakukannya kudeta.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok dilaporkan telah kembali ke rumah sehari setelah militer yang dipimpin Abdel Fattah al-Burhan mengudeta pemerintahan dan menahannya, Selasa (26/10) waktu setempat. Pembebasan Hamdok dan istrinya menyusul kecaman internasional atas perebutan kekuasaan oleh Al-Burhan.

Seperti dilansir laman Aljazirah, Rabu (27/10), pernyataan oleh kantor Hamdok mengatakan, bahwa perdana menteri yang digulingkan dan istrinya berada di bawah pengamanan ketat di rumah mereka di ibu kota Sudan, Khartoum. Sementara pejabat sipil lainnya yang ditangkap pada hari kudeta masih tetap ditahan. Namun lokasi mereka tidak diketahui.

Baca Juga

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya menuntut pembebasan Hamdok dengan segera. Kekuatan dunia juga diminta untuk bersatu untuk menghadapi apa yang Sekjen sebut "epidemi kudeta".

Kudeta Sudan terjadi setelah beberapa bulan menyusul meningkatnya ketegangan antara para pemimpin militer dan sipil dalam masa transisi Sudan menuju demokrasi. Al-Burhan semestinya menyerahkan kepemimpinan Dewan Berdaulat yang menjalankan negara kepada seorang sipil pada bulan depan.

Namun demikian, kudeta ini mengancam untuk menggagalkan proses transisi mulus di Sudan. Masa transisi ini dimulai sejak penggulingan pemimpin Omar al-Bashir dalam pemberontakan dua tahun lalu.

Pada Selasa, ribuan demonstran pro-demokrasi kembali ke jalan-jalan dan memblokir jalan-jalan di ibu kota dengan barikade darurat dan membakar ban. Pasukan telah menembaki massa sehari sebelumnya yang menewaskan empat pengunjuk rasa.

Sebelumnya, al-Burhan muncul di publik untuk kedua kalinya sejak kudeta. Dia mengatakan militer terpaksa turun tangan untuk menghindari perang saudara. Jenderal mengatakan Hamdok telah ditahan untuk keselamatannya, di rumahnya sendiri, dan akan dibebaskan.

Namun dari banyak pejabat senior pemerintah lainnya yang ditahan pada Senin (25/10), al-Burhan menuduh bahwa beberapa orang mencoba menghasut pemberontakan di dalam angkatan bersenjata. Mereka akan diadili, katanya. "Orang lain yang ditemukan tidak bersalah akan dibebaskan," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement