Rabu 27 Oct 2021 14:22 WIB

Peran Keluarga dan Pentingya Upaya Tumbuhkan Literasi

Keluarga mempunyai peran vital tumbuhkan budaya literasi

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nashih Nashrullah
Keluarga mempunyai peran vital tumbuhkan budaya literasi. Ilustrasi keluarga dan literasi
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Keluarga mempunyai peran vital tumbuhkan budaya literasi. Ilustrasi keluarga dan literasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Budaya literasi di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Atas dasar itu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melakukan gerakan literasi nasional (GLN) yang menyasar ke sekolah, masyarakat, dan keluarga.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E Aminudin Aziz, mengatakan melalui GLN, tumbuh kesadaran dari kementerian/lembaga dan juga masyarakat. 

Baca Juga

“Literasi adalah kemampuan yang paling asasi dan hakiki yang wajib dimiliki setiap orang agar mereka bisa menjalankan kehidupan dengan baik dan benar," ujar Aminudin dalam keterangannya, Rabu (27/10).

Dia menerangkan, Kemendikbudristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah memulai program literasi sejak 2016 dengan meluncurkan berbagai program. Program-progam yang salah satunya GLN itu dilakukan untuk meningkatkan budaya literasi di negeri ini.

Aminudin mengatakan, dasar literasi adalah baca tulis, tetapi kemudian dikembangkan menjadi konsep yang lebih luas. 

Demi mengukuhkan kecakapan hidup, kata dia, literasi bukan hanya berurusan dengan kemampuan mengenal huruf, angka, atau gambar, bahkan suara, melainkan juga terkait dengan kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, menilai, dan mencipta. “Kemampuan kreatif inilah yang kita semua harapkan bisa dimiliki oleh semua anak kita sebab kreativitas selalu tanpa batas,” ujar dia.

Semua itu Aminudin sampaikan saat memberikan sambutan pada webinar bertajuk “Menyiapkan Ekosistem untuk Membangun Literasi dalam Keluarga”.

Pada saat itu, Penasihat Darma Wanita Persatuan Kemendikbudristek, Franka Makarim, menyampaikan, membaca sangat penting bagi anak-anak.

Membaca, kata dia, tidak hanya akan memberikan pengetahuan, tetapi juga dapat membangun karakter bagi anak. Dia menyebutkan, membangun kebiasaan membaca dalam keluarga, apalagi di tengah perkembangan media sosial yang begitu cepat saat ini, anak-anak seringkali lebih tertarik menggunakan gawai daripada membaca buku.

"Namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun ekosistem yang kuat di keluarga dan kuncinya ada di diri kita sendiri sebagai orang tua,” kata Franka. 

Menurut Franka, ada dua hal penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi pada anak. Pertama, menyediakan beragam pilihan bacaan di rumah dan membiarkan anak untuk memilih buku bacaan yang disukainya.

“Kita perlu memerdekakan anak-anak kita untuk menentukan pilihan, tapi dengan pengawasan kita. Sebab jika orang tua memaksakan buku-buku apa yang harus dibaca, rasa cinta tidak mungkin akan terbentuk dalam hati anak-anak kita,” jelasnya.

Kemudian, Franka mengatakan, bisa juga dengan mengajak anak-anak untuk membicarakan dan berdiskusi tentang buku yang sedang atau sudah dibaca. Dia mengatakan, hal itu dapat melatih kemampuan anak dalam mengolah informasi yang diperoleh dan mengutarakan pendapat. 

Franka juga menggarisbawahi, keluarga memiliki peran strategis dalam pencapaian literasi anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang menanamkan pengetahuan untuk keberhasilan anak tidak hanya di sekolah tetapi dalam kehidupannya di masa depan.

Ketua Umum DWP, Erni Tjahyo Kumolo, mengatakan dalam masa pandemi ini pada kenyataannya orang tua telah berperan lebih dibanding sebelum datangnya wabah. Perlahan, kata dia, orang tua mulai mengetahui cara metode mengajar, serta lebih peduli kepada persoalan pendidikan lebih daripada sebelumnya. 

Erni menambahkan, orang tua diharapkan lebih terlibat aktif dalam pendidikan anak sehingga terjalin kesamaan hak, terjaga kesejajaran, dan saling menghargai antara anak dan orang tua. Hal tersebut tentunya demi membangun semangat gotong royong serta memperkuat saling asah, asih, dan asuh dalam lingkungan keluarga.

"Semoga dapat tercipta anak-anak Indonesia yang tumbuh mencintai ilmu pengetahuan dan mampu untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif sebagaimana yang dibutuhkan dalam persaingan global pada masa kini dan mendatang,” jelas dia.             

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement