Rabu 27 Oct 2021 22:11 WIB

Menlu China: Taliban Ingin Berdialog dengan Dunia

Menurut China masyarakat internasional harus membantu pembangunan Taliban

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Para petugas menurunkan paket saat pesawat Angkatan Udara Pakistan C-130 mengirimkan makanan dan pasokan medis yang disumbangkan oleh Pakistan untuk rakyat Afghanistan, tiba di Bandara Internasional Hamid Shah Baba di Kandahar, Afghanistan, Jumat (10/9). Menurut China masyarakat internasional harus membantu pembangunan Taliban.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Para petugas menurunkan paket saat pesawat Angkatan Udara Pakistan C-130 mengirimkan makanan dan pasokan medis yang disumbangkan oleh Pakistan untuk rakyat Afghanistan, tiba di Bandara Internasional Hamid Shah Baba di Kandahar, Afghanistan, Jumat (10/9). Menurut China masyarakat internasional harus membantu pembangunan Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan Taliban ingin berdialog dengan pemerintah di seluruh dunia. Ia menambahkan masyarakat internasional harus membantu pembangunan Taliban.

Hal ini ia sampaikan melalui tautan video dalam konferensi pers dalam pertemuan di Iran. Wang mengatakan Beijing siap menjadi tuan rumah pembicaraan lebih lanjut antara Afghanistan dan negara-negara tetangga mengenai masa depan negara itu.

Baca Juga

"Taliban ingin berdialog dengan dunia. China akan menjadi tuan rumah pertemuan ketiga Negara Tetangga Afghanistan di waktu yang tepat," kata Wang dalam pernyataannya yang disiarkan langsung stasiun televisi Iran, Rabu (27/10).

Pertemuan Afghanistan dengan negara-negara tetangganya itu dihadiri langsung oleh menteri luar negeri Pakistan, Tajkistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Sementara China dan Rusia akan berpartisipasi dalam tautan video.

Pertemuan pertama yang serupa dilakukan di Pakistan pada September lalu. Pertemuan-pertemuan digelar untuk mencari perdamaian jangka panjang di Afghanistan. China yang tidak ikut bertempur di Afghanistan memberikan tanda damai pada Taliban sejak kelompok itu merebut kekuasaan dari pemerintah Afghanistan bulan Agustus lalu, sebelum Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya setelah berperang selama 20 tahun di negara itu.

AS dan negara-negara Barat mencari cara untuk bekerja sama dengan Taliban demi memastikan bantuan kemanusiaan dapat terus mengalir ke Afghanistan tanpa mengakui kekuasaan mereka. Pejabat AS dan perwakilan Taliban membahas bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan di Qatar pada bulan ini. Namun Washington mengatakan pertemuan itu tidak berarti mengakui Taliban sebagai pemerintahan yang sah.

AS dan negara-negara Barat enggan memberikan dana pada Taliban sampai kelompok tersebut memberi jaminan akan menegakan hak asasi manusia, terutama hak asasi perempuan. Dalam konferensi pers di Iran, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mendukung pembentukan pemerintahan yang inklusif di Afghanistan. Pidatonya selaras dengan sikap Iran.

Iran yang mayoritas muslim syiah bermusuhan dengan Taliban yang sunni selama puluhan tahun. Akan tetapi beberapa tahun terakhir mereka terbuka untuk bertemu dengan pemimpin-pemimpin Taliban.

Pada Juli lalu Teheran menjadi tuan rumah pertemuan antara perwakilan pemerintah Afghanistan saat itu dan petinggi komite Taliban. Iran mengkritik Taliban karena tidak melibatkan etnis minoritas pada pemerintahan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement