Kamis 28 Oct 2021 06:27 WIB

PBB Peringatkan Dunia Hadapi Kenaikan Suhu 2,7 Celsius

PBB mengatakan rencana nasional mengurangi polusi karbon hanya janji.

Rep: Eva Rianti / Red: Ani Nursalikah
PBB Peringatkan Dunia Hadapi Kenaikan Suhu 2,7 Celsius. Seorang pria berfoto dengan smartphone-nya sambil duduk di bangku di tepi sungai Rhine yang banjir di Cologne, Jerman, Rabu, 3 Februari 2021. Gelombang pasang akibat hujan dan mencairnya salju mengancam pelayaran komersial terbesar di Jerman itu. sungai Rhine.
Foto: AP/Martin Meissner
PBB Peringatkan Dunia Hadapi Kenaikan Suhu 2,7 Celsius. Seorang pria berfoto dengan smartphone-nya sambil duduk di bangku di tepi sungai Rhine yang banjir di Cologne, Jerman, Rabu, 3 Februari 2021. Gelombang pasang akibat hujan dan mencairnya salju mengancam pelayaran komersial terbesar di Jerman itu. sungai Rhine.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan laporan terbaru mengenai gentingnya kondisi iklim dunia. Laporan tersebut menjadi peringatan untuk dapat ‘membangunkan’ para pemimpin agar bersiap dalam pembicaraan iklim Glasgow yang genting.

Melalui laporan itu, PBB memberi peringatan terbaru menjelang pembicaraan iklim yang bakal digelar dalam waktu dekat, yakni 31 Oktober hingga 12 November 2021. Dunia menghadapi kenaikan suhu 2,7 derajat Celsius sehingga komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca saat ini sangat penting dalam menghadapi ‘bencana’ abad ini.

Baca Juga

Hanya beberapa hari sebelum KTT iklim COP26 di Kota Glasgow, Skotlandia berlangsung, program Lingkungan PBB (UNEP) mengatakan pada Selasa (26/10) bahwa rencana nasional mengurangi polusi karbon hanya janji yang lemah dan belum tersampaikan. “Negara-negara G20 bertanggung jawab atas 78 persen dari semua emisi, sehingga hal yang harus dilakukan ada di tangan mereka. Negara-negara maju memiliki tanggung jawab khusus, tetapi sebenarnya semua orang melakukannya, semua 193 negara anggota,” kata Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen, dikutip dari Aljazirah, Rabu (27/10).

Andersen menuturkan banyak dari tindakan yang dijanjikan oleh negara-negara ditunda hingga 2030. Hal itu menurut para ilmuwan akan sangat terlambat untuk menghentikan kerusakan terburuk akibat perubahan iklim di planet ini.

“Tindakan diperlukan sekarang,” ujarnya memperingatkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement