Jumat 29 Oct 2021 17:34 WIB

Kepala BNPB: Peringatan Dini Penting Hadapi Bencana La Nina

Peringatan dini dari BMKG menjadi salah satu referensi untuk tindaklanjut di lapangan

Suasana gedung bertingkat yang diselimuti awan gelap terlihat dari kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (27/10). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini waspada fenomena La Nina menjelang akhir tahun 2021 yang menyebabkan peningkatan curah hujan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana gedung bertingkat yang diselimuti awan gelap terlihat dari kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (27/10). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini waspada fenomena La Nina menjelang akhir tahun 2021 yang menyebabkan peningkatan curah hujan. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menegaskan, pentingnya peringatan dini dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang meningkat akibat fenomena La Nina yang diprakirakan akan bertahan sampai Februari 2022.

"Demikian pentingnya peringatan dini sehingga saya bermohon kepada Kepala BMKG untuk bisa memberikan informasi, syukur-syukur bisa lebih detil untuk bisa dijadikan pedoman kita dalam mengambil langkah tindakan yang cepat dan tepat," kata Kepala BNPB Ganip dalam Rapat Koordinasi Antisipasi La Nina yang diadakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dipantau virtual dari Jakarta pada Jumat (29/10).

Baca Juga

Ganip menyebut peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG menjadi salah satu referensi untuk ditindaklanjuti di lapangan. Meski demikian, masih terdapat missing link atau sambungan yang hilang antara informasi yang disampaikan terkait peringatan dini dan respons oleh masyarakat.

"Ini memang perlu kita carikan solusi ke depannya sehingga kita bisa betul-betul antara informasi dari BMKG bisa diperoleh serinci mungkin, sehingga nanti responsnya juga bisa lebih tepat," kata Ganip.

Ganip menjelaskan bahwa informasi yang rinci akan memungkinkan diambilnya langkah-langkah di lapangan yang dapat menjadi model untuk penyelamatan dari ancaman bencana.

Dalam kesempatan tersebut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan putusnya rantai informasi peringatan dini sampai ke masyarakat harus segera diantisipasi saat menghadapi dampak La Nina. Terputusnya rantai informasi, jelasnya, dapat menghambat kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana.

"Berdasarkan pengalaman beberapa kali terputusnya rantai informasi dari Pusdalops yang tidak bisa dilanjutkan dari pemda ke desa-desa terdampak atau rawan bencana hidrometeorologi," jelas Dwikorita.

BMKG telah melakukan monitor adanya fenomena La Nina lemah sampai akhir tahun dan kondisi itu akan terus bertahan sampai Februari 2022 dengan level menengah. Fenomena La Nina akan meningkatkan curah hujan yang mendorong juga naiknya potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement