REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Behrouz Kamalvandi menuduh lembaga pemantau nuklir PBB beberapa kali membuka detail aktivitas nuklir Iran yang rahasia. Kamalvandi mengatakan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dipengaruhi sejumlah kekuatan dunia.
Kamalvandi mengatakan IAEA melanggar statuta dan yuridiksinya dalam penyelidikan terhadap Iran karena telah mengungkapkan detail aktivitas nuklir Iran dalam laporan yang diterbitkan secara berkala di situs mereka yang hanya dapat diakses anggotanya. Sementara, kata Kamalvandi, IAEA harusnya merilis laporan ketika terjadi 'perkembangan atau diversi besar'.
"Mengingat insiden publikasi dokumen Iran sudah berulang kali, tampaknya tren ini yang sedang berlangsung terjadi di bawah pengaruh negara-negara tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu, bagian dari menggelar perang psikologis," kata Kamalvandi seperti dikutip Fars News, Jumat (29/10).
Kamalvandi menyebut tren merilis detail teknis aktivitas negara tertentu 'tidak menguntungkan' tanpa ada dasar alasan untuk membenarkannya. Ia menyesali IAEA sudah melakukan pada Iran 'sejak lama'.
Ia menambahkan IAEA tidak melakukan hal yang sama pada negara lain. Kamalvandi membandingkan laporan negara itu mengenai aktivitas negara lain dan laporan mengenai program energi Iran.
Dia menegaskan Iran sangat transparan dalam aktivitas pengayaan uranium dan menghindari segala bentu diversi. "Tampaknya mereka mempublikasikan laporan seperti itu untuk menodainya," katanya.
Kamalvandi memperingatkan Iran mungkin terpaksa 'mengambil langkah untuk menghentikan situasi ini'. Seperti mempertimbangkan kembali untuk berinteraksi dengan IAEA apabila situasi ini terus berlanjut.
September lalu mantan duta besar Iran dan perwakilan permanen Iran untuk IAEA Kazzem Qaribabadi sudah meminta organisasi yang bermarkas di Wina itu untuk tetap imparsial dan profesional. Terutama dalam laporan mereka mengenai program nuklir Iran.
Pernyataan Qaribabadi disampaikan setelah Kepala IAEA Rafael Grossi mengklaim dalam laporannya Iran memblokir akses ke sejumlah lokasi nuklir. IAEA juga menyebut Iran terus menambah pasokan uranium yang diperkaya di atas persentase yang diizinkan dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Qaribabadi menekankan semua aktivitas nuklir Iran termasuk pengayaan uranium sesuai dengan Perjanjian Non-Proliferasi. Ia juga menegaskan Iran berkomitmen pada JCPOA dan mempertahankan kesepakatan tersebut.
"Karena pihak lain di JCPOA belum memenuhi kewajiban mereka dalam mencabut sanksi dan kebijakan AS memberlakukan sanksi unilateral dan ilegal pada Teheran maka tidak ada yang dapat menekan Iran untuk menghentikan aktivitas nuklirnya," kata diplomat Iran tersebut.
"IAEA harus mempertahankan independensi, imparsialitas, dan profesionalitasnya. Anggota IAEA juga harus menahan diri dari menekan lembaga tersebut dan mencoba menggunakannya sebagai alat untuk tujuan politiknya sendiri," kata Qaribabadi.