REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Tujuh tentara Mali tewas dalam dua serangan terpisah pada Sabtu (30/10) saat mereka berpatroli di wilayah tengah-barat negara itu, demikian diungkapkan militer Mali. Serangan itu menjadi pertumpahan darah terbaru yang muncul dan menunjukkan bahwa kekerasan sedang beralih ke arah selatan, yang sebelumnya merupakan kawasan damai.
Sekitar pukul 11.20 GMT, iring-iringan militer diserang dekat Kota Mourdiah, sekitar 200 kilometer sebelah utara Ibu Kota Bamako hingga menjatuhkan dua korban jiwa dan tiga korban luka, kata militer melalui pernyataan di Facebook. Dua jam kemudian, satu truk militer terkena bom yang dipasang di tepi jalan dekat Segou, sekitar 200 kilometer timur laut Bamako, dan kelima orang yang berada di truk itu meninggal, kata militer.
"Setelah penyisiran dilakukan di daerah tempat peristiwa itu terjadi, dua tersangka diamankan dan segera diserahkan kepada polisi," kata militer.
Militer tidak mengeluarkan tudingan soal kemungkinan kelompok mana yang melakukan dua serangan tersebut. Serangan bersenjata oleh kelompok-kelompok garis keras kerap terjadi di banyak wilayah di Mali serta negara-negara tetangganya, Burkina Faso dan Niger, kendati ada pasukan internasional yang bertugas dalam jumlah besar di sana.
Sejauh ini, sudah ribuan warga sipil yang terbunuh dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi akibat serangan-serangan tersebut.